Bagi Walid al-Houdaly,46, tertangkapnya serdadu Israel oleh pejuang Palestina menumbuhkan harapan untuk bisa bertemu kembali dengan isteri dan anaknya yang masih berusia 18 bulan, yang kini berada dalam penjara Israel.
Seperti warga Palestina yang senasib dengannya, Walid meyakini bahwa dunia akan lebih peduli pada nasib seorang serdadu Israel dibandingkan dengan nasib ribuan warga Palestina yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Israel, hanya karena berjuang untuk kemerdekaan negaranya.
"Hanya seorang serdadu tertangkap, sementara ada ratusan warga Palestina yang diculik dari rumahnya," kata Walid yang berprofesi sebagai penulis.
"Kalau dunia memprotes penculikan satu serdadu, mengapa mereka tidak memprotes penculikan terhadap warga Palestina yang sudah berlangsung selama sepuluh tahun ini," ujar Walid yang ditemui di kantornya di Ramallah, di tengah-tengah buku-buku yang berserakan di mejanya.
Isteri Walid sendiri, Ataf,44, diseret keluar dari rumah mereka di Ramallah oleh tentara Israel pada suatu pagi. Ataf adalah ketua organisasi wanita yang bergerak di bidang pemberian bantuan kesehatan bagi rakyat miskin Palestina. Sudah tujuh bulan sejak penangkapan, Ataf dipenjara oleh pemerintah Israel tanpa tuduhan apapun.
Walid mengungkapkan, isterinya sempat melakukan aksi mogok makan selama 16 hari, sebelum akhirnya otoritas Israel mengizinkan bayi mereka bernama Aisyah tinggal bersamanya di penjara.
Menurut Walid, inilah yang diinginkan oleh para pejuang Palestina, pembebasan anak-anak dan wanita Palestina yang ada di penjara.
Saat ini diyakini ada sekitar seratus wanita dan tiga ratus anak-anak di bawah usia 18 tahun yang berada di penjara Israel. Mereka menjadi bagian dari 8.000 warga Palestina lainnya yang ditahan oleh negara Zionis itu.
PM Israel Ehud Olmert menyatakan dirinya tidak mau menjadi korban ‘pemerasan’ dengan memenuhi tuntutan Palestina agar Israel membebaskan tahanan wanita dan anak-anak, dan sebagai kompensasi pembebasan serdadunya.
"Pertanyaan soal pembebasan tahanan Palestina sama sekali tidak ada dalam agenda pemerintah. Tidak akan ada negosiasi, tidak ada tawar menawar, tidak ada kesepakatan," kata Olmert dalam pidatonya di Yerusalem. (ln/bbc)