Tiga tokoh dalam Fatah, yang sekarang memegang tapuk kekuasaan dalam Otoritas Palestina, yaitu Salam Fayyad, Mahmud Abbas, dan Azzam Al-Ahmed. Sementara itu, pejabat Fatah di Tepi Barat menolak adanya kemungkinan ‘kudeta tak berdarah’ terhadap Presiden Mahmud Abbas.
Azzam Al-Ahmed, seorang tokoh yang dihormati dikalangan gerakan Fatah mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Mahmud Abbas, menegaskan bahwa gerakan Fatah tidak mengakui hak eksistensi (keberadaan) Israel, selama-lamanya. "Fatah adalah gerakan pembebasan", ucapnya. "Fatah sangat peduli dan memiliki perhatian yang sangat besar terhadap apa yang menjadi persoalan rakyat Palestina", tambah Azzam.
Namun, pejabat Fatah telah mengklaim bahwa Salam Fayyad akan menggantikan posisi Abbas. Dan, AS akan mendukung Salam Fayyad. Termasuk sejumlah negara Arab, seperti Arab Saudi, dan sejumlah negara Teluk, serta Uni Eropa. Situasi di Ramallah sedang terjadi ketegangan sejak pernyataan Mahmud Abbas, yang tidak akan lagi mencalonkan dirinya sebagai calon presiden dalam pemilihan mendatang Januari 2010 nanti. Komite Sentral Dewan Revolusi Fatah yang melakukan pertemuan, Minggu malam di Ramallah telah menentang dan mengecam terhadap Salam Fayyad, yang dituduh sebagai apa yang disebut dengan ‘kudeta tak berdarah’ itu.
Sebuah koran yang terbit di London, al-Quds al-Arabi, mengabarkan sejumlah tokoh Fatah yang menjadi perwakilan Fatah di luar negeri juga mengkritik terhadap Salam Fayad. Sejumlah tokoh senior Fatah, menegaskan bahwa rencana pembangunan ekonomi yang digagas Salam Fayyad, sangat paralel dengan kebijakan yang diambil Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. Tapi, Dewan Revolusi tetap ingin mencalonkan Mahmud Abbas, di pemilu yang akan berlangsung tanggal 24 Januari 2010 mendatang.
Komite Sentral Fatah telah mengingatkan agar Salam Fayad tidak maju dan mengambil alih kekuasaan dari Mahmud Abbas. Namun, Salam Fayyad adalah tokoh yang di favouritkan oleh AS dan Israel, yang didukung oleh Uni Eropa. Fayad adalah seorang ekonom yang pernah bekerja di Bank Dunia, dan mendapatkan pendidikan di bidang ekonomi di AS. Inilah mungkin tokoh yang sangat cocok untuk menggantikan Mahmud Abbas, yang sudah letih, dan mulai tua.
Tapi, tantangan yang dihadapi Salam Fayyad terlalu besar, terutama di dalam tubuh Fatah. Selagi rumors yang semakin kuat munculnya tokoh baru di jajaran Fatah, yaitu Salam Fayyad, kini di Tepi Barat beredar selebaran yang disebarkan oleh Brigade Marty Al-Aqsha, yang menolak Fayyad, dan menuduh Fayyad sebagai ‘boneka’ AS dan Israel. Krisis antara Abbas dan Fayyad ini, tentu akan semakin keras, saat mendekati hari pemilu.
Amerika dan Israel sangat berkepentingan mencari tokoh baru, yang dapat menerima eksistensi Israel, dan membiarkan penjarahan tanah Palestina oleh Israel di Tepi Barat. Mungkin itu yang cocok orangnya adalah Salam Fayyad? (m/tm)