Dalam kunjungan yang tidak biasa dilakukan, Menlu AS Condoleezaa Rice hari Rabu (17/10) hadir di kota Betlehem sekaligus mengunjungi gereja Al-Mahdi. Rice juga menyempatkan diri bertemu dengan sejumlah pendeta dan warga sipil Palestina, untuk kemudian menyampaikan harapannya agar faktor agama menjadi motifator paling efektif guna mewujudkan perdamaian antara Palestina dan Israel.
Dalam kunjungannya ke gereja Al-Mahdi, Rice mengatakan bahwa dirinya adalah cucu dari seorang pendeta Kristen. “Keberadaan saya di sini, tempat yang menyaksikan kelahiran Tuhan dan Juru Selamat adalah pengalaman pribadi yang sangat menyentuh jiwa saya, ” ujar Rice.
Lebih lanjut Rice mengungkapkan pula bahwa kunjungannya itu mengingatkannya bahwa faktor agama yang muncul di Timur Tengah sebenarnya merupakan potensi yang bisa digunaan untuk menyelesaikan konflik. “Kekuatan agama adalah kekuatan penyembuh, kekuatan perdamaian, dan bukan kekuatan pemecah, ” tambah Rice.
Selanjutnya Rice juga bertemu dengan sejumlah pengusaha, akademisi dan warga sipil Palestina di salah satu hotel di Betlehem. Dia kemudian memaparkan upaya diplomatiknya untuk meyakinkan pihak Palestina bahwa AS memang serius mendukung perdamaian di Timur Tengah, khususnya antara Palestina dan Israel.
Kunjungan Rice dengan agenda seperti ini merupakan kunjungan yang jarang dilakukan karena biasanya Rice datang dengan serangkaian agenda resmi yang begitu padat. Tapi menurut sejumlah petinggi AS, tampaknya Rice kurang nyaman dengan pola kunjungan seperti yang sudah-sudah karena tidak menyentuh langsung masyarakat, dan karenanya ia merubah agenda kunjungannya.
Rice melakukan kunjungan itu setelah ia gagal meyakinkan Israel untuk menyepakati dokumen koalisi dengan pihak Palestina terkait finalisasi sejumlah kasus yang selama ini menjadi akar konflik. Kesepakatan tersebut harusnya sudah dicapai sebelum digelarnya konferensi perdamaian seperti yang dikumandangkan Bush pada musim gugur yang akan datang di suatu tempat di AS.
Di sisi lain Presiden Palestina Mahmud Abbas mengungkapkan pesimisnya terhadap upaya menjembatani kesepakatan dengan Israel, terkait masalah prinsipil yang akan didiskusikan dalam pertemuan musim gugur.
Presiden Palestina Mahmud Abbas, usai pertemuannya dengan Rice mengungkapkan, “Tidak mungkin kita menetapkan waktu sempit dan menyimpulkan segera bahwa kami akan hadir dalam konferensi itu tanpa kompensasi apapun. Ini tidak mungkin…” Ia menambahkan, bahwa pihaknya telah berbicara kepada Rice bahwa waktu perundingan terlalu singkat dan sempit untuk membicarakan masalah yang sangat prinsipil dan menjadi akar konflik selama puluhan tahun. Dengan rangkaian peristiwa ini, berarti penyelenggaraan perundingan damai di musim gugur yang selama ini direncanakan Bush pun menjadi mengambang kembali.(na-str/iol)