Eramuslim.com – Ribuan warga Palestina di Betlehem bergabung dalam aksi demonstrasi bertajuk Hari Kemarahan, Kamis kemarin (7/12). Aksi ini digelar untuk memprotes dan menolak keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) mengakuiYerusalem sebagai ibu kota Zionis-Israel.
Aksi demonstrasi menentang keputusan AS ini tidak hanya diikuti kalangan pria saja, tapi juga wanita dan anak-anak. “Saya melihat orang-orang dalam demonstrasi yang tidak pernah melakukan demonstrasi semacam ini,” ungkap salah satu warga Palestina yang berpartisipasi dalam aksi tersebut, Rabee Alsos, dikutip laman Aljazirah.
Menurut Rabee, memang wajar bila seluruh kalangan masyarakat Palestina turun ke jalan untuk memprotes dan menolak keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis-Israel. Yerusalem dan Masjid Al Aqsha sangat berarti bagi semua orang di sini, bahkan anak-anak. “Keputusan (AS) ini adalah sebuah kesalahan besar,” ujarnya.
Ramzi, seorang anak Palestina berumur 15 tahun adalah salah satu anak-anak yang bergabung dalam aksi demonstrasi di Betlehem. Kendati masih terbilang sangat muda, Ramzi tampak sudah sangat memahami tentang status Yerusalem. Ia menilai keputusan Trump sangat bias Israel dan mendukung okupasi yang dilakukannya.
Ia meminta, Trump untuk meminta maaf kepada rakyat Palestina atas pengakuannya yang keliru terkait Yerusalem. “Kita siap mengorbankan diri kitauntuk Yerusalem. Saya siap untuk tidur di gang-gang Yerusalem sampai ia dibebaskan, kata Ramzi.
Jihad, pemuda Palestina berumur 24 tahun, mengaku, akan tetap melakukan perlawanan terhadap tentara-tentara Israel yang berupaya membubarkan demonstrasi warga Palestina. “Kami tidak memiliki senjata atau pesawat untuk melawan tentara ini. Kami tahu melempar batu-batu ini tidak banyak berdampak, tapi ini adalah simbol penolakan kami terhadap keputusan Trump,” ucapnya.
Ia menilai, keputusan Trump tidak hanya keliru dan tidak adil, tapi juga menunjukkan kedunguannya. “Bagaimana Trump bisa memberikan tanah yang tidak dia miliki?,” kata Jihad.
Kepala Komite Koordinasi Perjuangan Rakyat Betlehem Munther Amira mengatakan keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis-Israel jelas bertentangan dengan hukum internasional dan melawan hak-hak warga Palestina. Trump tidak hanya mengumumkan bahwa Yerusalem adalah ibu kotaIsrael. “Dia telah menunjukkan kepada kita bahwa AS dan Israel adalah sama,” ujar Amira.
Trump telah mengumumkan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12). Dengan keputusannya tersebut, AS menjadi negara pertama di dunia yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis-Israel.(kl/aljz)