Tokoh-tokoh Islam dari seluruh dunia sejak hari Minggu kemarin berkumpul di ibukota Qatar, Doha membahas penyelamatan al-Quds-tempat suci ketiga umat Islam-dari cengkeraman penjajahan Zionis Israel.
Pertemuan itu digelar oleh Al-Quds International Institution (QII) selama dua hari, dihadiri oleh lebih dari 300 tokoh Islam dari 47 negara. Diantaranya, Presiden Persatuan Ulama Islam Internasional Syaikh Yusuf al-Qaradawi, penasehat presiden Iran Ali Akbar Velayati dan mantan uskup di al-Quds Atallah Hanna.
Seluruh peserta yang hadir sepakat bahwa keberadaan al-Quds sedang terancam akibat kebijakan yudaisasi yang diterapkan secara sistmeatis oleh rezim Zionis Israel dan perlu segera dilakukan upaya penyelamatan terhadap tempat dimana kompleks Masjid al-Aqsa itu berada.
"Al-Quds sedang menghadapi ancaman nyata berupa yudaisasi dan penghapusan identitas-identitas Islam yang melekat di al-Quds. Semua faksi-faksi di Palestina, khususnya Fatah dan Hamas harus melakukan upaya untuk mempersatukan Palestina, termasuk seluruh negara-negara Arab dan Muslim untuk menyelamatkan al-Quds," kata Faisal Mawlawi, pimpinan organisasi Islam di Libanon yang juga salah satu pendiri QII.
"Sebuah bahaya yang nyata sedang mengancam Masjid al-Aqsa dan seluruh kota suci al-Quds. Umat Islam seluruh dunia harus bekerjasama untuk menyelamatkan tempat-tempat suci di Palestina," tambah Yooni Allie, anggota eksekutif QII dari Afrika Selatan.
Sejumlah tokoh Islam yang hadir dalam pertemuan itu menyatakan komitmen mereka untuk menyelamatkan al-Quds dari ancaman kehancuran yang dilakukan oleh rezim Zionis. Ketua Deputi Jamaat al-Islam dari Pakistan, Abdul Ghafar Aziz mengatakan, masyarakat Muslim di Asia Selatan dan sub-benua India sangat peduli terhadap bahwa yang sedang mengancam Masjid al-Aqsa.
Kepedulian serupa ditegaskan oleh Ketua Jamaah al-Islami Kashmir Abdul Rashid al-Turaby yang juga anggota pengurus QII. "Dengan dukungan Amerika, Israel ingin menghapus eksistensi Islam di al-Quds dan seluruh wilayah negara Palestina dan Masjid al-Aqsa terancam roboh total," ujar al-Turaby.
Rezim Zionis Israel merebut al-Quds pada Perang Enam Hari pada 1967, kemudian menganeksasi kota suci umat Islam itu. Al-Quds sangat penting bagi umat Islam karena di kota ini terletak Masjid al-Aqsa yang pernah menjadi kiblat pertama bagi umat Islam, sehingga tempat itu menjadi tempat suci ketiga bagi umat Islam setelah Masjid Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.
Masjid al-Aqsa juga menjadi bagian perjalanan Isra Mi’raj Rasulullah dan di kota al-Quds terdapat tempat-tempat peribadatan penting bagi umat Kristiani sedunia seperti Gereja Yerusalem dan Gereja Yunani Ortodoks
Selama bertahun-tahun setelah menduduki al-Quds, rezim Zionis menerapkan kebijakan yudaisasi dengan menghapus identitas-identitas keislaman di al-Quds. Otoritas Zionis misalnya, melakukan pengusiran secara sistematis warga Palestina di al-Quds dengan menghancurkan rumah-rumah mereka.
Sementara QII baru didirikan pada tahun 2001 di Libanon dengan tujuan untuk menggalang persatuan negara-negara Arab dan Muslim untuk menjaga kota al-Quds dari ancaman kehancuran yang dilakukan rezim Zionis Israel. Indonesia termasuk anggota QII yang dalam pertemuan kemarin diwakili oleh Hidayat Nur Wahid yang juga ketua MPR.
"Persoalan al-Quds tetap ada di hati umat Islam Indonesia, yang meyakini bahwa al-Quds sedang terancam dibawah penjajahan Israel," kata Hidayat. (ln/iol)