Rakyat Palestina Terancam Kelaparan Akibat Kebijakan Biadab Israel

PBB mengingatkan dunia bahwa rakyat Palestina kini berada di ambang krisis kemanusiaan, akibat kebijakan-kebijakan yang dilakukan Israel. Rakyat Palestina terancam kelaparan akibat penutupan pintu-pintu masuk menuju Palestina oleh Israel. Selain itu wilayah Palestina yang sangat tergantung dengan hasil pertanian juga terancam tidak mendapatkan sumber air akibat pembangunan dinding pemisah oleh negara Zionis itu.

Hindi Khury, mantan menteri Palestina yang bertanggung atas wilayah Al-Quds dan sekarang menjadi perwakilan pemerintah di Paris mengungkapkan, dengan pembangunan dinding pemisah itu, Israel jelas-jelas sudah mengambil alih sumber-sumber air bagi wilayah pertanian Palestina.

"Tanpa air, tidak ada kehidupan. Kebijakan Israel selalu dibuat untuk membuat rakyat Palestina sengsara," katanya.

Saat ini, Israel memonopoli sekitar 75 persen sumber-sumber air di wilayah Tepi Barat yang didudukinya. Padahal di wilayah itu jarang turun hujan dan air menjadi aset yang sangat berharga. Dengan pembangunan dinding pemisah sepanjang 700 km, sekitar 220 perkampungan Palestina di Tepi Barat yang memiliki 320.000 penduduk, kini tidak bisa lagi mengakses air dari sumber air utama.

Untuk mengatasi kekurangan air, rakyat Palestina kini terpaksa membeli air yang dibawa oleh truk-truk untuk memenuhi kebutuhan persediaan air di wilayah itu. Biasanya, pada musim kering, Israel, wilayah Palestina dan Yordan sangat bergantung pada sumber air dari sungai Yordan yang pengelolaannya dikuasai oleh Israel.

Mahkamah Internasional sudah memerintahkan Israel untuk meruntuhkan dinding pemisah yang telah mengambil hektaran tanah milik rakyat Palestina. Selain itu, Mahkamah Internasional juga meminta Israel untuk membayar kompensasi bagi rakyat Palestina yang telah dirugikan atas pembangunan dinding pemisah itu. Namun semua perintah mahkamah internasional tersebut tidak pernah dilaksanakan oleh otoritas pemerintah Israel.

Israel Sengaja Sengsarakan Rakyat Palestina

Bagi rakyat Palestina, pembangunan dinding pemisah itu bukan hanya bertujuan untuk menyengsarakan kehidupan mereka dengan memindahkan pipa-pipa saluran air dengan sengaja, tapi juga untuk mempersempit wilayah Palestina jika menjadi negara yang benar-benar merdeka di kemudian hari.

"Rute pembangunan dinding pemisah mengikuti sumber-sumber air, yang selanjutnya secara sepihak dimasukkan ke wilayah Israel," kata Elisabeth Sime, Direktur CARE Internasional, sebuah organisasi bantuan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Hal serupa diakui oleh Abdul Rahman Tamimi, Direktur Palestinian Hydrologi Group, sebuah LSM yang beroperasi di Palestina. "Dinding pemisah itu telah memisahkan komunitas rakyat Palestina dengan sumber-sumber air mereka, truk-truk pengangkut air juga sulit masuk ke wilayah Palestina sehingga mereka kerap menaikkan harga," kata Tamimi.

Menurutnya, di kota Qalqiya, Tepi Barat, sekitar 20 sumur yang merupakan 30 persen sumber air di kita itu, kini sudah bilang karena pembangunan dinding pemisah itu. Hasil pertanian memberikan sumbangan hampir sepertiga produk domestik bruto Palestina, tapi sekarang hanya 5 persen wilayah pertanian Palestina yang bisa mendapatkan air. Berbeda dengan wilayah Israel dan wilayah pemukim Yahudi, mereka mendapat pasokan air yang cukup meski hasil pertanian menyumbang kurang dari 2 persen pada GDP Israel.

Laporan terbaru Kordinator Khusus PBB (UNSCO ) menyebutkan, dinding pemisah Israel, pos-pos pengamanan dan penutupan jalan-jalan di Tepi Barat merupakan kebijakan Israel untuk menghancurkan perekonomian Palestina.

Tidak hanya itu, Israel juga dicurigai sudah membubuhkan racun ke sumber-sumber air rakyat Palestina, dengan membuang sampah-sampah beracun ke wilayah Palestina.

"Saya kadang merasa sakit perut. Muntah. dan itu juga terjadi pada semua anak-anak di di sini," kata Fatima, 9, dari desa Attil sambil menunggui ibunya Awa, yang sedang terserang demam.

Laporan AFP menyebutkan, sepertiga sumber air minum rakyat Palestina terkontaminasi oleh pestisida dan sampah dari Israel. Dokter Hussam Madi mengungkapkan, diare, gastroenteritis, demam, gagal ginjal dan penyakit-penyakit lainnya menjangkiti anak-anak Palestina karena buruknya kualitas dan sumber air.

"Kualitas air makin buruk dan buruk. Banyak bayi-bayi yang baru lahir terkena infeksi. Israel pada suatu saat akan terkena dampak polusi air yang mereka sebarkan di wilayah-wilayah Palestina," tambah Elisabeth Sime dari CARE.

Di desa Jalbun misalnya, sampah rumah tangga, sampah pertanian dan sampah industri dari pemukiman Israel mempercepat polusi air di wilayah Palestina.

Kondisi di Jalur Gaza

Direktur United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), John Ging baru-baru ini juga mengingatkan bahwa kondisi Jalur Gaza saat ini sangat memprihatinkan dan sedang menghadapi krisis kemanusiaan akibat penutupan sejumlah lintas batas oleh pihak Israel.

Ia mengatakan, penutupan jalur perdagangan Karni di Gaza oleh Israel mengakibatkan sulitnya distribusi makanan ke warga Gaza yang sangat membutuhkan bantuan. "Terigu dan gandum bukan satu-satunya bahan makanan yang persediaannya makin menipis di Gaza, tapi juga gula, minyak dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Jika perbatasan-perbatasan terus ditutup, maka semuanya akan berakhir menjadi krisis kemanusiaan," kata Ging.

Pada Jumat (17/3) kemarin, ratusan rakyat Palestina di Gaza antri di depan toko-toko roti, sementara para pemilik toko mengeluh mereka mulai kehabisan tepung pembuat roti karena Israel menutup jalur perdagangan di wilayah itu.

Ging mengatakan harus segera dilakukan negosiasi dan kesepakatan untuk membuka perbatasan Karni yang ditutup Israel dengan alasan keamanan. "Saya menyerukan setiap orang yang bisa membantu memecahkan masalah ini, perbatasan ditutup dan sebagai akibatnya rakyat Palestina di Gaza tidak bisa mendapatkan makanan yang cukup, kebutuhan dasar yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup," kata Ging.

Atas seruan itu, sekutu Israel AS, melakukan pertemuan pada hari Minggu (19/3). Juru bicara kedutaan besar AS di Tel Aviv Stewart Tuttle mengatakan, pihaknya berinisiatif untuk menggelar pertemuan dengan pihak-pihak terkait untuk memecahkan persoalan penyaluran makanan ke Gaza. (ln/iol)