Masalah Palestina dan Irak mencuat dalam pertemuan tingkat tinggi Liga Arab di Riyadh, Arab Saudi. Raja Abdullah dalam pidatonya menyerukan Barat untuk mengakhiri blokadenya terhadap Palestina.
Ia juga menyebut pendudukan AS dan sekutunya di Irak tidak sah dan mengingatkan bahwa kekerasan sektarian di Irak sudah mengarah pada perang saudara.
Raja Arab Saudi, Raja Abdullah menyatakan bahwa blokade yang dilakukan Barat terhadap Palestina adalah tindakan yang tidak adil. Oleh sebab itu ia menginginkan agar blokade itu segera diakhiri sehingga proses perdamaian bisa berjalan dalam suasana yang jauh dari penindasan dan pamer kekuatan.
Ia menyerukan agar negara-negara Muslim bersatu, karena persatuan akan membantu upaya pendekatan pada Israel agar menghentikan tindakan yang menyengsarakan rakyat Palestina.
Ketua Liga Arab Amr Moussa juga mendesak Israel agar menerima inisiatif negara-negara Arab tahun 2002. "Israel meminta amandemen sebagai respon atas inisiatif itu. Tapi kami katakan pada Israel agar mau menerimanya terlebih dulu, " tegas Moussa.
Dalam inisiatif itu, negara-negara Arab menawarkan normalisasi hubungan dengan Israel, asalkan Israel memenuhi persyaratan antara lain; mundur dari wilayah Palestina yang didudukinya sejak tahun 1967, menerima terbentuknya negara Palestina dan menerima apa yang disebut sebagai "solusi adil" bagi para pengungsi Palestina yaitu hak kembali ke tanah air mereka. Namun Israel menyatakan keberatan dengan syarat-syarat itu dan sampai detik ini Israel masih menjajah wilayah Palestina dan menindas rakyatnya.
Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah yang juga hadir dalam KTT Liga Arab di Riyadh, meminta para pemimpin Aran untuk tidak berkompromi dengan Israel soal hak kembali para pengungsi Palestina yang terusir saat pendirian negara Israel.
"Saya berharap KTT Arab ini menegaskan komitmen negara-negara Arab untuk tidak kompromi dalam kondisi apapun terkait hak kembalinya pengungsi Palestina, " ujar Haniyah.
Dalam pidatonya, Rabu (28/3), Raja Arab Saudi juga mengecam penjajahan negara asing di Irak, yang dinilainya tidak terlegitimasi.
"Di Irak, pertumpahan darah terjadi antara saudara-saudara kita sendiri, dibayang-bayangi oleh penjajahan negara asing yang ilegal. Sektarianisme sudah demikian buruk yang mengancam pada pecahnya perang saudara, " Raja Abdullah mengingatkan.
Ia menegaskan, negara-negara Arab tidak boleh membiarkan kekuatan asing menentukan masa depan kawasan Timur Tengah. Menurutnya, jika para pemimpin Arab memulihkan rasa saling percaya dan menunjukkan kembali kredibilitasnya, "angin harapan akan berhembus dan kemudian kita tidak aka membiarkan kekuatan dari luar untuk menentukan masa depan wilayah ini, dan hanya bendera Arabisme yang berkibar di tanah Arab, " paparnya. (ln/aljz/commondreams)