Konferensi Annapolis terus menerus menuai kecaman dan kritik. Pimpinan Harakah Islamiyah di Palestina, Syaikh Raid Shalah, memandang konferensi perdamaian Annapolis yang digelar hari ini (27/11), akan sia-sia belaka. Karena rakyat Palestina masih akan tetap dalam luka yang dialaminya tanpa berubah.
Meurut Shalah dalam wawancaranya dengan Aljazeera, berbagai indikasi yang muncul sebelum konferensi tersebut, menunjukkan bahwa melalui konferensi itu Israel ingin mendapatkan legalitas atas kejahatan perampasan Palestina yang dilakukannya. “Israel mempunyai target untuk memperoleh legalitas dusta atas penjajahan di Jerussalem, juga atas kejahatannya membelah masjid Al-Aqsha, menutup final hak kembali para pengungsi dan seluruh masalah Palestina yang selama ini dipermasalahkan. ”
Shalah menambahkan bahwa melalui konferensi Annapolis, Israel juga ingin mendapatkan lampu hijau yang menjadikan mereka sah melakukan operasi militer secara besar-besaran atas Ghaza yang kini dikuasai Hamas dan elemen perjuangan Palestina. Bahkan bukan hanya Ghaza, menurut Shalah, Konferensi Annapolis bisa dianggap sebagai tahap pembukaan terhadap aksi serangan Israel yang lebih luas yang bisa mengarah pada Iran, Suriah atau Libanon.
Syaikh Raid Shalah, salah satu tokoh Palestina yang menemukan langsung sejumlah terowongan bawah tanah yang dibangun Israel di bawah Masjidil Aqsha mencium banyak gelagat buruk lain yang akan dilakukan Israel terhadap masjid yang menjadi kiblat pertama kaum Muslimin itu. Menurutnya, “Israel juga berupaya melalui proyek Jerussalem Besarnya, untuk mengisolir Masjid Al-Aqsha sehingga mereka bisa membangun istana Haekal Sulaiman seperti yang selama ini ada dalam rencana Zionisme. ”
Karena itulah, Raid Shalah mengatakan dirinya sebelum ini sangat menginginkan bila Mahmud Abbas memboikot perundingan Annapolis sebagai bentuk penolakannya atas kejahatan Israel terhadap Palestina yang tak pernah berhenti. (na-str/aljzr)