Agresi brutal ke Jalur Gaza bulan Januari kemarin, sekali lagi membuktikan ketangguhan Hamas sebagai kelompok pejuang Palestina dalam menghadapi musuh Islam, Zionis Israel. Sejak kemunculannya di tengah rakyat Palestina, hingga memenangkan pemilu tahun 2006, Hamas juga membuktikan konsistensinya dalam berjihad untuk membebaskan tanah Palestina dari cengkeraman penjajahan Zionis dan menolak eksistensi rezim Zionis Israel yang dibangun di atas tanah milik rakyat Palestina.
Meski mendapat tekanan dari negara-negara Barat dan Israel, bahkan dari dalam Palestina sendiri. Hamas bisa dikatakan selalu memenangkan "pertempuran" di lapangan maupun di meja negosiasi. Bagi Hamas, kemenangan itu adalah buah dari sebuah perjuangan panjang dalam membela, bukan hanya rakyat Palestina tapi juga membela agama Allah. Rahasia kemenangan Hamas, ternyata bukan pada persenjataannya yang meski masih sederhana tapi bisa membuat warga Israel sangat ketakutan, tapi pada keimanan, keyakinan dan perencanaan jihad yang matang.
Hal tersebut diungkapkan Syeikh Abu Bakar Al-Awawida, anggota Ikatan Ulama Palestina, dalam kunjungannya ke kantor redaksi Eramuslim, Selasa (14/4) sore, bersama Syeikh Ahmad Ziad Al-Qishawi yang mengkordinir bantuan internasional untuk Gaza dan Palestina, didampingi teman-teman dari KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina).
Dalam acara ramah tamah, Syeikh Al-Awawida mengungkapkan rahasia kekuatan perjuangan Hamas sehingga selalu meraih kemenangan dalam menghadapi Zionis Israel. Sebuah rahasia yang sebenarnya bisa diterapkan seluruh umat Islam yang ingin konsisten dalam berjihad dalam membela Islam dan dalam lapangan jihad apapun. Setidaknya, ada empat rahasia ketangguhan Hamas dalam perjuangan jihadnya yang dibeberkan Syaikh Al-Awawida.
Diawali dari tarbiyah atau pendidikan yang sangat matang dengan cara membangun sekolah-sekolah, universitas, daurah-daurah al-Quran, majelis-majelis ilmu dan rumah-rumah sakit dan layanan sosial lainnya bagi masyarakat. Tarbiyah sejak taman kanak-kanak ini merupakan level persiapan bagi perjuangan Hamas.
Selain melakukan tarbiyah, Hamas juga melakukan jihad dan perlawanan lewat unit-unit militernya, dengan cara membuat persenjataan sendiri mulai dari amunisi, roket bahkan senjata pelontar mortir atau RPG yang diberi nama Al-Batar. Jihad juga dilakukan dengan cara menyantuni para keluarga syuhada, petani, pekerja dan keluarga pejuang yang berada dalam tahanan penjara Israel. Saat ini ada 20.000 lebih rakyat Palestina yang dipenjarakan Israel, 100 diantaranya kaum perempuan Palestina.
"Tarbiyah dan jihad menjadi perpaduan kekuatan bagi Hamas. Setelah melakukan tarbiyah dan jihad, selanjutnya adalah bertawakal pada Allah swt. Karena tawakal akan memberikan kententraman secara ruhiah, materi dan tarbiyah. Jika kita bertawakal, Allah akan memberikan kemenangan," kata Syeikh Al-Awawida.
Hamas, sambungnya, sudah merasakan nikmat kemenangan-kemenangan itu. Meski banyak pejuangnya yang gugur syahid atau dijebloskan ke penjara. Pemimpin-pemimpin Hamas di Gaza, di Tepi Barat, di luar Palestina bahkan yang berada dalam penjara tetap bisa melakukan kordinasi dengan para mujahidin di lapangan untuk menyusun strategi perlawanan.
Langkah selanjutnya setelah bertawakal adalah menjaga aturan-aturan yang sudah ada agar apa yang sudah dilakukan tetap pada koridor syariah Islam. Untuk itu, Hamas juga memiliki sebuah tim yang akan memberikan pandangan-pandangan berdasarkan syariah Islam atas perbedaan-perbedaan yang muncul di kalangan anggota dan pendukung Hamas.
"Dengan ridho Allah, Hamas berkeyakinan perjuangan dan perlawanan yang mereka lakukan akan membuahkan hasil yang lebih besar. Dan itu terbukti dalam perang melawan agresi brutal Israel ke Gaza bulan Januari kemarin. Bagi Hamas, perang itu adalah ‘Perang Pembeda’, pembeda antara yang hak dan yang bathil," tukas Syeikh Al-Awawida.
Ia mengungkapkan, dalam perang di Gaza kemarin, Israel menjatuhkan sekitar 1,5 juta kilogram bom, itu berarti 1 kilogram bom untuk satu warga Gaza yang jumlahnya 1,5 juta jiwa. Tapi dengan kekuasaan Allah swt, rakyat Gaza yang gugur syahid hanya sekitar 1.340 orang. "Allah telah mendinginkan bom-bom itu dan memberikan keselamatan bagi warga satu juta lebih warga Gaza lainnya," ujar Syaikh Al-Awawida.
Ia juga mengungkapkan, meski Israel melakukan serangan brutalnya ke Gaza, tidak ada satupun warga Gaza yang mau keluar dari Gaza. Sebaliknya, malah masuk sekitar 4.000 orang yang ingin berjihad ke Gaza. "Inilah bukti kemenangan yang diberikan Allah swt," sambung Al-Awawida.
Demokrasi dan Pengkhianatan Negara-Negara Arab
Ketika Hamas memutuskan ikut pemilu di Palestina, banyak yang mempertanyakan keikutsertaan Hamas yang dianggap sudah mengikuti sistem demokrasi yang oleh sebagian Muslim dianggap sebagai sistem orang-orang kafir, yang diusung oleh Barat.
Menanggapi penilaian itu, Syaikh al-Awawida mengungkapkan bagaimana AS, Eropa, Israel dan antek-antek mereka di Palestina di tubuh Fatah, mencoba membentuk opini publik bahwa jihad dan perlawanan seperti yang dilakukan Hamas bukanlah pilihan rakyat Palestina.
"Tapi upaya itu berhasil dipatahkan oleh Hamas, dengan kemenangan Hamas dalam pemilu yang berhasil meraih hampir 60 persen suara rakyat Palestina. Kemenangan Hamas dalam pemilu membuktikan bahwa rakyat Palestina mendukung jihad dan perlawanan terhadap penjajahan Zionis Israel," ujar Syaikh Al-Awawida.
Ia melanjutkan, "Dalam hal ini, bukan berarti Hamas mengikuti konsep demokrasi ala Barat. Demokrasi itu semata-mata hanya sebagai ‘wasilah’, Hamas mengambil manfaat dari demokrasi untuk menuju kemenangan, untuk membela agama dan umat dan bukan untuk kepentingan Hamas."
Hamas menyadari betul, tantangan bagi perjuangan mereka bukan hanya datang dari AS, Eropa, Israel dan antek-antek Barat yang ada di Palestina, tapi juga dari negara-negara Arab karena tidak semua negara-negara Arab Muslim yang berjumlah 22 negara yang mendukung perjuangan mereka. Hamas, kata Syaikh Al-Awawida, memetakan sikap negara-negara-negara Arab terhadap perjuangan Hamas ke dalam empat bagian;
- Negara Arab yang mendukung perjuangan Hamas dengan cara memberikan bantuan militer dan dukungan politik baik secara diam-diam maupun terbuka, yaitu negara Suriah, Qatar dan Sudan. Menurut Syaikh Al-Awawida, Hamas banyak menerima bantuan senjata dari Sudan, itulah sebabnya Mahkamah Kriminal Internasional mengeluarkan surat penangkapan terhadap Presiden Sudah Omar Al-Bashir dengan tuduhan penjahat perang.
- Negara Arab yang setengah-setengah memberikan dukungannya pada perjuangan Hamas. Negara-negara ini antara lain Yaman, Al-Jazair, Libya, Mauritania.
- Negara Arab yang tidak mau mendukung sama sekali perjuangan Hamas, antara lain Aman, Oman dan Tunisia.
- Negara Arab yang merencanakan makar dan ingin menggagalkan perjuangan Hamas, yaitu Mesir, Arab Saudi, Yordania dan Uni Emirat Arab.
Syaikh Al-Awawida mengungkapkan bagaimana Raja Saudi, Raja Abdullah saat bertemu dengan ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Internasional Yusuf al-Qardawi mengungkapkan kebenciannya pada Hamas. "Raja Abdullah menyatakan bahwa Hamas adalah sumber masalah dan harus dihapus dari muka bumi," ujar Syaikh Al-Awawida.
Terakhir, Syaikh Al-Awawida menceritakan bagaimana peran besar perempuan-perempuan Gaza dalam jihad melawan Zionis Israel. Perempuan-perempuan Gaza, ujarnya, memiliki dua keunggulan yang tidak dimiliki muslimah-muslimah pada umumnya, yaitu kesabaran dan keteguhan hati dalam ikut berjuang membebaskan tanah Palestina dari cengkeraman Zionis Israel.
Tokoh pimpinan Hamas, Asy Syahid Syaikh Ahmad Yassin mengatakan, semangat juga perempuan-perempuan Gaza adalah penyemangat bagi para mujahidin. "Perempuan bukanlah setengah dari masyarakat, tapi keseluruhan dari masyarakat. Karena seorang perempuan bisa mengajak suami, kerabat dan anak-anak mereka untuk mencintai jihad," tandas Syaikh Al-Awawida mengutip pernyataan Asy Syahid Syeikh Ahmad Yassin. (ln)