Dr. Yusuf Qardhawi menghimbau Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Palestina Khalid Misyal yang sekaligus Kepala Biro Politik Hamas, untuk duduk satu meja dan melakukan kesepakatan guna menghentikan pertumpahan darah sesama rakyat Palestina. Himbauan Qardhawi ini dikeluarkan setelah beberapa kali terjadi konflik yang memakan korban antara pendukung Hamas dan Fatah di Palestina.
Qardhawi mengajak kedua belah pihak untuk melepaskan perpecahan dan perselisihan. “Sesama pihak yang dizalimi, tidak boleh saling bertikai. Masalah Palestina memerlukan kesatuan barisan,” ujarnya.
Qardhawi yang juga mewakili Kepala Perhimpunan Internasional Ulama Islam, menyampaikan hal ini melalui telekonferensi yang dilakukan dalam acara Persatuan dan Kesepakatan yang diselenggarakan oleh Rabithah Ulama Palestina hari Ahad (8/10), di Ghaza dan juga dihadiri oleh PM Palestina Ismail Haniyah dan 500-an tokoh nasional, agamawan dan tokoh masyarakat.
Ditegaskan pula kewajiban berpadunya seluruh unsur rakyat Palestina. Qardhawi mengatakan, “Warga Palestina harus lebih bersatu padu, karena mereka sama-sama menjadi korban kezaliman. Mereka mungkin saja berbeda pendapat dan pandangan, tapi ada banyak hal yang menyebabkan mereka tidak boleh berbeda pendapat satu sama lain. Masyarakat seharusnya tidak boleh berbeda pendapat ketika peperangan sedang berlangsung dan tanah air sedang dijajah, apalagi tempat suci sedang dinodai. Tidak boleh ada perbedaan saat itu. Mereka wajib bersatu.”
Menurut Qardhawi, upaya memerangi penjajah Israel memerlukan lebih dari sekedar persatuan. “Wahai saudara-saudarku, dalam organisasi Fatah, Hamas, Jihad Islam, Sya’biyah, kami menghimbau kalian dengan nama Allah dan Rasulullah, juga syariah Islam dan sejarah Islam. Bersatulah dan jangan berselisih. Saling memahamilah kalian satu sama lain. Peliharalah hal-hal prinsip yang tidak boleh dilanggar, dan jangan merusak kesepakatan nasional.”
Dalam kesempatan itu, Qardhawi juga mengajak seluruh pihak di Palestina untuk mengutamakan kemaslahatan umum ketimbang kemaslahatan pribadi dan khusus. “Kami menyerukan semua saudara di Palestina untuk bertakwa kepada Allah dalam membela negara, rakyat dan masyarakat mereka dan tetap komitmen dengan masalah prinsip yang telah disepakati. Kita harus duduk bersama. Kita sedang berada di medan perang besar. Kita harus mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan sepihak. Jangan mementingan kemaslahtan partai, kelompok, di atas kepentingan agama, negara dan umat seluruhnya.”
Sampai saat ini sudah 10 orang Palestina meninggal, sementara lebih dari 100 orang lainnya luka-luka akibat baku tembak yang terjadi salam satu pekan terakhir di berbagai tempat di Ghaza. Baku tembak itu terjadi antara anggota pengamanan presiden dan pengamanan eksekutif di bawah koordinasi menteri dalam negeri Palestina. (na-str/iol)