Puluhan Warga Sipil Palestina Ditelanjangi dan Ditahan Serdadu ‘Israel’

Eramuslim.com – Gerombolan serdadu ‘Israel’ menanggalkan pakaian puluhan pria sipil Palestina sebelum menahan dan membawa mereka ke lokasi yang dirahasiakan, menurut rekaman yang dipublikasikan pada hari Kamis (7/12/2023).

Seorang saksi mata mengatakan setidaknya tujuh pria ditembak mati oleh serdadu Zionis karena tidak segera mematuhi perintah serdadu, menurut Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterranean.

Para pria tersebut dilaporkan ditangkap dari rumah dan sekolah yang menampung keluarga pengungsi di Jalur Gaza utara.

Diaa al-Kahlout, seorang jurnalis yang bekerja untuk Al Araby Al Jadeed, termasuk di antara mereka.

Pemantau Euro-Mediterranean mengatakan para dokter, akademisi, jurnalis dan warga lanjut usia termasuk di antara mereka yang ditahan.

Geombolan serdadu ‘Israel’ pada hari Kamis (7/12/2023) menyerbu sekolah Khalifa Bin Zayed al-Nahyan dan sekolah Aleppo di Beit Lahia setelah mengepung mereka selama berhari-hari.

Rekaman yang diambil oleh warga dan wartawan menunjukkan para penembak jitu ‘Israel’ mengambil posisi di atap-atap rumah dekat sekolah Khalifa. Video lain menunjukkan mayat laki-laki dilaporkan berserakan di halaman sekolah Aleppo.

Middle East Eye tidak dapat memverifikasi rekaman tersebut secara independen.

Setelah memaksa semua orang keluar dari sekolah, serdadu ‘Israel’ menangkap para pria tersebut dan membiarkan para wanita serta anak-anak melarikan diri dengan berjalan kaki.

Mereka kemudian mendatangi satu per satu rumah di beberapa lingkungan di Beit Lahia, mengusir penduduk sebelum menangkap orang-orang tersebut dan membakar beberapa rumah, menurut pemantau Euro-Mediterranean.

Kelompok yang bermarkas di Jenewa itu mengatakan orang-orang tersebut ditangkap secara sewenang-wenang dan dipukuli oleh para serdadu penjajah.

Rekaman yang dipublikasikan di halaman Telegram dan media ‘Israel’ menunjukkan puluhan pria ditangkap, dengan pakaian dilucuti, mata ditutup, dan tangan mereka diikat.

Beberapa video menunjukkan mereka berada di kawasan perumahan sebelum diangkut ke truk. Foto lain menunjukkan mereka berbaris di area terbuka.

Tidak jelas ke mana mereka dibawa.

Penjajah ‘Israel’ tidak segera mengomentari penangkapan massal tersebut.

Beberapa media ‘Israel’ mengatakan orang-orang tersebut “kemungkinan” adalah anggota Hamas, namun tidak ada perincian lebih lanjut yang diberikan.

Osama Hamdan, anggota biro politik Hamas, membantah telah terjadi penangkapan massal terhadap anggota kelompok tersebut dan menyamakan penangkapan tersebut dengan “kamp konsentrasi Nazi”.

Dia mengatakan kepada Al Araby TV bahwa rekaman tersebut menunjukkan “penangkapan dan penganiayaan terhadap warga sipil tak bersenjata yang tidak ada hubungannya dengan operasi militer”.

Foto: @QudsNen

Foto: @QudsNen

Antrean panjang

Sementara itu, rekaman dari Deir al-Balah yang dibagikan pada hari Rabu (6/12/2023) dan Kamis (7/12/2023) menunjukkan antrean warga Palestina yang putus asa di luar pusat distribusi makanan karena sumber daya terus berkurang dengan cepat.

Menurut laporan terbaru dari Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP), setidaknya 97 persen rumah tangga di Gaza utara “tidak mempunyai cukup makanan” untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa setidaknya sembilan dari 10 orang hidup sehari semalam tanpa makanan di selatan Gaza. Selain itu, lebih dari sepertiga rumah tangga menderita kelaparan tingkat tinggi hingga parah.

Pengeboman besar-besaran telah menghambat upaya bantuan karena wilayah Rafah dibom pada hari Kamis.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pengeboman ‘Israel’ menewaskan sedikitnya 350 warga Palestina dan menyebabkan 900 orang terluka pada hari Rabu.

Hal ini menjadikan jumlah korban tewas sejak dimulainya perang pada tanggal 7 Oktober menjadi lebih dari 17.100 orang, termasuk lebih dari 7.000 anak-anak dan hampir 5.000 wanita.

Kepala badan amal medis Medecins Sans Frontieres (MSF) menggambarkan situasi di Gaza “jauh melampaui krisis kemanusiaan”.

“Ini adalah bencana kemanusiaan. Ini adalah situasi yang kacau, dan saya sangat khawatir bahwa orang-orang akan berada dalam mode mencoba bertahan hidup, yang akan menimbulkan konsekuensi yang sangat parah,” kata Christos Christou, seorang dokter. (MiddleEastEye)

(Sahabat Al-Aqsha)

Beri Komentar