Pria Gaza Mewujudkan Impian Pasca Bebas dari 19 Tahun Berada di Sel Penjara ‘Israel’

Dubes Ungkap Ukraina Jadi Negara Pertama Akui Palestina di PBB

Tawanan Palestina, tidak peduli berapa pun usianya, tidak pernah kehabisan harapan untuk mendapatkan kembali kebebasan. Padahal mereka sering kali mengalami tindakan kejam di penjara-penjara ‘Israel’.

Seperti dialami Awad al-Saidi, 45 tahun, yang menghabiskan akhir usia 20-an dan semua usia 30-an di penjara ‘Israel’. Beberapa tahun dia menghabiskan waktu di sel isolasi sehingga kondisi fisiknya memburuk.

Hukuman penjaranya diperpanjang dari vonis awal. Denda selangit juga dikenakan kepadanya. Namun, hal tersebut tetap membuatnya tabah hingga dibebaskan pada 12 Februari 2023 lalu.

Penangkapan Brutal

Serdadu penjajah menangkap Awad Al-Saidi pada tanggal 12 Februari 2004. Aparat Zionis menyerbu rumah keluarganya di desa Al-Mughraqa, di daerah selatan Jalur Gaza.

Ketika itu, rumah keluarga Al-Saidi dihancurkan. Saudaranya, Zakariyya, dibunuh secara brutal, sedangkan Akram ikut ditangkap.

Al-Saidi dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Ia didakwa terkait dengan serangan penembakan dan berpartisipasi dalam aksi perlawanan.

Hukuman Ditambah

Pada Maret 2012, Al-Saidi membela seorang tawanan Palestina, Abbas Al-Sayyid, karena diserang seorang sipir di penjara Nafha.

Al-Saidi dituduh mencoba menikam sipir. Oleh karena itu, pengadilan ‘Israel’ menjatuhkan hukuman tambahan empat tahun dari hukuman sebelumnya. Demikian laporan yang dikeluarkan pada tahun 2013 oleh Asosiasi HAM Addameer.

Menurut laporan itu, Al-Saidi juga didenda 50.000 shekel, di samping denda sebesar 10.000 shekel sebagai kompensasi bagi sipir. Pengadilan juga menempatkannya di sel isolasi setelah insiden tersebut.

Ruang Isolasi

Awad Al-Saidi menghabiskan sekitar dua tahun di sel isolasi. Pertama di sel isolasi Ela, kemudian di sel isolasi Eshel.

Ia ditempatkan di sel isolasi Ela sejak April 2012. Pada tanggal 3 April 2013, beberapa tahanan dipindahkan dari sel isolasi ke fasilitas penjara. Namun, Al-Saidi malah dipindahkan ke sel isolasi lain di Eshel. Dia terkejut, sebab kondisi Eshel lebih buruk daripada di Ela.

Sebagai bentuk protes atas hal itu, Al-Saidi melakukan mogok makan. Ketika tuntutannya untuk mengakhiri isolasi ditolak, dia melakukan mogok makan lagi selama 15 hari, dari tanggal 20 Juni 2013 hingga 5 Juli 2013.

Terputus dari Keluarga

Tidak mungkin keluarga Awad Al-Saidi menjenguknya selama dua tahun di sel isolasi. Kunjungan keluarga bahkan terus ditolak selama enam tahun berturut-turut, dari tahun 2006 hingga 2012. Al-Saidi bisa bertemu keluarga hanya beberapa kali selama masa hukuman 19 tahun itu.

Keadaan sulit di penjara, berjangkitnya penyakit, kondisi kesehatan yang memburuk karena isolasi dan mogok makan, semuanya dialami oleh Al-Saidi. Hal itu menimbulkan kekhawatirannya tentang kemungkinan untuk bisa bertemu keluarga lagi.

Namun, harapan Al-Saidi lebih besar daripada rasa takutnya. Keraguan seperti itu tidak melemahkannya. Membangun keluarga, tidak peduli seberapa lama lagi bisa terlaksana, tetaplah menjadi impian yang tak mustahil baginya.

Dua pekan lalu, keluarga Palestina di kamp Nusairat di Jalur Gaza, merayakan kebebasan Al-Saidi. Dia telah menjalani hukuman penjara 19 tahun.

Setelah dibebaskan, Awad Al-Saidi merajut kembali mimpinya untuk membangun keluarga. Pada tanggal 14 Februari 2023, ia merayakan pernikahannya, menuju kehidupan baru yang bebas dan bermartabat.

[Sahabat Al-Aqsha]