Presiden Palestina Mahmud Abbas dan sejumlah tokoh Hamas untuk pertama kalinya sejak Ghaza diambil alih Hamas, bertemu pada hari Jumat (2/11) di Tepi Barat. Pertemuan antara kedua pihak yang selama ini berseberangan pendapat itu, dilanjutkan dengan sholat Jumat bersama. Pertanda Fatah-Hamas akan berekonsoliasi lagi?
Salah seorang tokoh senior Hamas Hussein Abu Qweik mengungkapkan bahwa pertemuan itu berlangsung hangat dan membahas tentang kemungkinan untuk membuka dialog kembali antara Hamas dan Fatah.
Sementara mantan deputi perdana menteri dari Hamas Nasserdine al-Shaer mengatakan bahwa pertemuan itu merupakan sinyal positif bagi rakyat Palestina dan untuk meredakan ketegangan antara Hamas dan Fatah. Tokoh Hamas lainnya yang ikut dalam pertemuan tersebut antara lain anggota parlemen dari Hamas Ayman Daraghmeh dan Farraj Rumana.
Ditanya apakah dengan pertemuan itu menunjukkan bahwa telah terjadi perpecahan di tubuh Hamas, antara Hamas yang di Jalur Ghaza dan di Tepi Barat, Abu Qweik menjawab secara diplomatis bahwa Hamas tetap satu dan pertemuan tersebut bukan untuk menunjukkan bahwa Hamas yang ada di Tepi Barat berseberangan dengan Hamas yang kini menguasai Jalur Ghaza.
Namun juru bicara Hamas di Ghaza membantah adanya pertemuan dengan Mahmud Abbas di Tepi Barat. Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan bahwa Presiden Abbas hanya mengundang para pemuka Islam dan tokoh-tokoh Hamas di Tepi Barat untuk sholat Jumat bersama dan tidak ada dialog yang serius dalam kesempatan itu.
Pernyataan resmi yang dikeluarkan kantor kepresidenan Palestina menyatakan bahwa Presiden Abbas menetapkan syarat untuk membuka dialog kembali dengan Hamas. Syaratnya, Hamas harus menyerahkan kembali Jalur Ghaza pada otoritas Palestina. Pihak Abbas tetap menuding Hamas telah melakukan kudeta di Ghaza.
Juru bicara kepresidenan Nabil Abu Rudeina menyatakan, "Abbad tidak punya masalah dengan Hamas sebagai sebuah gerakan, Abbas hanya bermasalah dengan para pemimpin Hamas di Jalur Ghaza yang sudah menyimpang dari jalur dengan melakukan kudeta. "
Ia melanjutkan, "Kita tidak boleh membiarkan kita jatuh dalam perang saudara. Sebagai presiden, Abbas mengatakan bahwa Hamas adalah bagian dari rakyat Palestina. Masalahnya, ada sekelompok orang yang melawan otoritas pemerintahan yang sah. "
Tokoh Hamas Abu Qweik mengklaim bahwa Abbas sangat ingin berdialog serius dengan Hamas. Menurutnya, Presiden Abbas tidak mengaitkan keinginan dialog dengan Hamas itu, dengan rencana konferensi Timur Tengah yang digagas AS.(ln/aljz/iol)