Presiden Palestina Mahmud Abbas menghapus mimpi indah dan harapan mulia yang selama ini telah diperjuangkan berbagai kalangan di sejumlah Negara Arab dan dunia Islam, untuk menyelesaikan konflik di Palestina.
Abbas telah mendeklarasikan sikapnya, yang menolak untuk berkoalisi dengan Hamas dalam pemerintahan koalisi nasional yang akan dibentuk, apapun alasannya.
Padahal di waktu yang sama, Hamas kembali menegaskan pentingnya kembali dialog dan duduk bersama guna mengakhiri krisis internal Palestina. Di sisi lain, Abbas justru getol untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dengan penjajah Zionis Israel yang telah membunuh ribuan rakyat Palestina di setiap waktu.
Abbas dalam pernyataannya kepada harian Washington Post tegas mengatakan, “Pemerintahan yang saya pimpin dan gerakan Fatah tidak akan pernah berkoalisi dengan Hamas dalam membentuk pemerintahan koalisi nasional bersatu, dalam kondisi apapun. ”
Ia juga mengatakan bahwa hendaknya Hamas menghapuskan langkah revolusi yang dilakukannya sejak bulan Juni lalu di Ghaza dan mengembalikan situasi seperti sebelumnya. “Itu syaratnya jika Hamas ingin berdialog dengan Fatah, ” ujar Abbas.
Abbas mengakui dukungannya terhadap embargo yang dilakukan Amerika terhadap Hamas dengan mengatakan, “Sikap kami terhadap Hamas kini sesuai dengan sikap Washington. ” Terlebih lagi saat ini, Amerika telah menjadikan Ghaza yang dikuasai Hamas sebagai wilayah musuh.
Abbas juga melontarkan pujiannya kepada AS yang selama ini berperan aktif mendorong perdamaian di Palestina. Dan ia juga berharap agar suatu saat Hamas mau bersikap menyerah terhadap berbagai kesepakatan yang diinginkan PM Israel Ehud Olmert.
Hamas selama ini menganggap Abbas bukanlah representasi rakyat Palestina yang bisa bernegosiasi apa saja dengan Israel. Terlebih sejauh ini Abbas bisa dikatakan telah menjual Palestina dengan harga murah kepada Israel dan telah mencampakkan berbagai prinsip bangsa Palestina yang selama ini dipegang kuat oleh rakyatnya. (na-str/pic)