Jumlah warga Palestina yang gugur akibat operasi militer Zionis di Jalur Ghaza, Selasa (15/1) bertambah menjadi 17 orang dan korban luka-luka mencapai 50 orang. Jumlah korban kemungkinan akan terus bertambah jika Israel tidak menghentikan operasi militernya.
Laporan koresponden Al-Jazeera di Yerusalem melaporkan, dalam operasi tersebut militer Israel mengarahkan helikopter-helikopter tempur jenis Apache, buldoser-buldoser yang dilengkapi persenjataan, tank-tank dan pasukan darat. Sejumlah laporan menyebutkan, selain menyerbu beberapa tempat di Jalur Ghaza antara lain ke kawasan Al-Zeitun, pasukan Zionis itu juga menyerbu zona industri di dekat perbatasan Erez.
Presiden Palestina Mahmud Abbas menyebut operasi militer Israel sebagai operasi pembantaian terhadap rakyat Palestina. "Rakyat kami tidak bisa berdiam diri melihat pembantaian ini. Pembantaian tidak akan membawa perdamaian, " tukas Abbas.
Ia menyatakan bahwa agresi Israel ke Jalur Ghaza telah merusak upaya perdamaian yang dilakukan di Annapolis, AS sekitar dua bulan lalu. Hal serupa diungkapkan Ahmed Qureia, juru runding Palestina. Queria menyatakan bahwa negosiasi tidak akan ada artinya jika kekerasan terhadap rakyat Palestina masih terus terjadi.
Hamas juga mengutuk agresi Israel ke Jalur Ghaza. "Sudah jelas bahwa Israel memang berencana untuk menghancurkan seluruh wilayah Jalur Ghaza. Presiden Bush telah memberikan lampu hijau atas serangan dan tindakan terorisme ini, " tandas Taher Nunu, juru bicara Hamas.
Nunu menyerukan semua negara-negara Arab, pelindung dua masjid Suci (Raja Abdullah di Saudi), pemimpin-pemimpin Arab agar segera mengambil tindakan untuk menghentikan kekejaman Israel. Sejak konferensi Annapolis, Israel tidak menghentikan operasi militernya ke Ghaza. PM Israel Ehud Olmert malah memerintahkan agar serangan ke Jalur Ghaza dan Tepi Barat lebih diintensifkan.
Tokoh Hamas Mahmud Al-Zahar-yang salah satu puteranya ikut menjadi korban serangan Israel kemarin- pernah mengatakan agar Palestina menghentikan negosiasi dengan Israel, apalagi yang melibatkan Bush. Menurut Al-Zahar, makin meluasnya operasi militer Zionis sebagai dampak dari kunjungan Bush. "Kami akan melakukan pembalasan, untuk membuat mereka paham, " ancam Al-Zahar. (ln/aljz)