Presiden Palestina Mahmud Abbas kabarnya marah besar pada Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa yang menolak mengeluarkan pernyataan keras terhadap Hamas yang oleh Abbas dianggap menjadi penyebab gagalnya proses dialog antar faksi-faksi di Palestina. Saking kesalnya, Abbas menyatakan tidak mau hadir dalam pertemuan menteri-menteri luar negeri anggota Liga Arab.
Sumber-sumber yang dekat dengan Abbas di Fatah mengungkapkan hal tersebut pada harian Al-Hayat, surat kabar berbahasa Arab yang terbit di London. Ketua Fatah di parlemen Azzam Al-Ahmed mengatakan, karena Abbas menolak hadir, otoritas Palestina kemungkinan hanya akan mengirim Saeb Erekat-juru runding Palestina-ke pertemuan itu dan akan menyampaikan laporan tentang perkembangan proses negosiasi antara otoritas Palestina dan Israel pada Liga Arab.
Menurut sumber-sumber diplomatik di Mesir, mayoritas negara anggota Liga Arab menolak usulan agar Liga Arab menjatuhkan sanksi pada Hamas yang dianggap bertanggung jawab atas gagalnya dialog antar faksi Palestina yang sedianya berlangsung di Mesir beberapa waktu lalu. Mayoritas negara Liga Arab mengatakan, mengenakan sanksi pada Hamas tidak akan membantu upaya Liga Arab untuk memediasi perpecahan antara Hamas dan Fatah.
Di sisi lain, sejumlah faksi di Palestina mengkritik pertemuan Abbas dengan perdana menteri Israel Ehud Olmert belaum lama ini. Partai Rakyat Palestina yang berafiliasi dengan PLO, lewat ketua biro politiknya Waleed Awad mengatakan, Abbas tidak akan pernah memenangkan pertaruhan dengan Israel.
"Yang diuntungkan dari pertemuan itu adalah penjajaha Israel. Olmert tidak memberikan manfaat apapun bagi kemajuan proses perdamaian apalagi Olmert sudah bukan ketua Partai Kadima lagi dan pemerintahannya sekarang statusnya cuma pemerintahan sementara," tukas Awad.
Ia juga mengingatkan Abbas bahwa Israel masih melanjutkan agresi dan blokadenya di Jalur Gaza serta masih terus membangun pemukiman Yahudi di Tepi Barat. "Israel, dibawah perlindungan AS mencoba mengambil keuntungan dari pertemuannya dengan Abbas untuk menunjukkan pada dunia bahwa proses perdamaian masih berjalan lancar," sambung Awad. (ln/PIC)