Presiden Palestina Mahmud Abbas sedang mempertimbangkan untuk mundur dari jabatannya jika Israel terus melakukan operasi militernya ke wilayah Palestina, utamanya Jalur Ghaza. Informasi itu disampaikan oleh seorang pejabat tinggi otoritas Palestina yang tidak mau disebut namanya.
Pejabat itu mengatakan, "Presiden mengatakan bahwa ia akan mengundurkan diri jika operasi militer Israel makin meluas dan pembunuhan terus berlangsung. "
"Eskalasi operasi militer Israel dinilai sebagai dampak langsung kedatangan Bush ke Ramallah, yang makin merongrong posisi otoritas Palestina. Hal ini membuat Presiden Abbas merasa dalam posisi yang tidak mengenakkan dan membuatnya merasa bahwa ia menjadi bagian dari agresi Israel, " papar sumber tadi.
Masih menurut sumber itu, Abbas dalam pembicaraan telepon dengan para pejabat negara-negara Arab, AS dan Uni Eropa, dengan tegas mengutuk serangan Israel, yang disebutnya sebagai "pukulan menyakitkan" bagi proses perdamaian.
Pada Kamis kemarin, Komite Eksekutif PLO mengeluarkan pernyataan setelah menggelar pertemuan darurat. Dalam pernyatannya Komite Eksekutif PLO menyebut operasi militer Israel sebagai aksi "terorisme" yang telah menyebabkan Jalur Ghaza dan Tepi Barat menjadi "arena pertempuran berdarah. "
Data pihak kesehatan Palestina mencatat 27 warga Palestina gugur dalam sejumlah operasi militer Israel ke Tepi Barat dan Jalur Ghaza selama tiga hari berturut-turut.
Sementara itu Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak memerintahkan semua perbatasan Ghaza-Israel, sehingga arus masuk barang-barang kebutuhan ke Jalur Ghaza terputus total. Israel juga akan menentukan apakah pengapalan yang dilakukan atas nama pribadi akan diizinkan melewati perbatasan, termasuk arus masuk bantuan kemanusiaan untuk warga Ghaza yang selama ini terkepung oleh embargo Israel.
Sejumlah pejabat Israel mengatakan, penutupan hanya akan dilakukan beberapa hari saja, setelah itu kemungkinan mereka akan kembali mengizinkan truk-truk yang membawa makanan dan barang kebutuhan lainnya memasuki Ghaza. (ln/presstv)