Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni melakukan pertemuan di Syarm el-Syaikh, Mesir, Minggu (21/5). Menurut Livni, pembicaraan itu antara lain menyangkut keinginan Israel untuk membantu rakyat Palestina. Meski ia menyebut pemerintahan Palestina yang didominasi Hamas sebagai pemerintahan teroris dan membantah bahwa Israel sudah menghukum rakyat Palestina atas pilihan mereka.
Pertemuan tersebut dilakukan di sela-sela acara World Economic Forum yang juga dihadiri oleh juru runding Palestina Saeb Erekat. Menurut Erekat pembicaraan yang berlangsung antara kedua belah pihak positif dan mereka setuju untuk dilakukan pertemuan kembali guna menyusun rencana pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Palestina dan PM Israel, Ehud Olmert.
Selain itu, menurut siaran Radio Israel, Abbas dan Livni akan membentuk sebuah ‘jalur singkat’ untuk meningkatkan komunikasi tanpa melibatkan Hamas.
Meski demikian, pandangan sinis dilontarkan Olmert terhadap Mahmud Abbas. Ia mengatakan Abbas tidak berdaya untuk bicara atas nama rakyatnya sehingga menimbulkan keraguan atas prospek pembicaraan damai antara Palestina-Israel.
"Ia mati kutu.. Ia putus asa. Ia tidak bisa bahkan tidak bisa meminimalkan aksi teror di kalangan rakyat Palestina. Lantas, bagaimana dia bisa mewakili pemerintahnya dalam negosiasi yang sangat penting, kompleks dan sensisitif ini?" kata Olmert.
Sementara itu, sebelum melakukan pertemuan dengan Livni, Abbas mengatakan bahwa referensi yang paling utama dan penting dalam proses perdamaian adalah Peta Jalan Damai, rencana perdamaian yang didisain oleh AS, Rusia, Uni Eropa dan PBB.
Dalam pertemuan itu, Saeb Erekat mengatakan, tim Presiden Palestina juga menyampaikan agara pemerintah Israel menyalurkan kembali pendapatan pajak dan cukai yang dipungut Israel atas nama pemerintahan Palestina. Seperti diketahui, Israel membekukan penyaluran pendapatan pajak dan cukai sebesar 55 juta dollar itu sejak Februari lalu.
Kabinet Israel mengabulkan permintaan Abbas dengan menyetujui penyaluran dana tersebut namun jumlahnya dikurangi hanya 11 juta dollar untuk keperluan pembelian obat-obatan dan perlengkapan rumah sakit. Sebelum rapat kabinet, Olmert menyatakan bahwa Israel tidak pernah punya keinginan untuk membantu se-sen-pun pemerintahan Palestina, bantuan hanya akan diberikan untuk keperluan kemanusiaan.
Aksi Kekerasan Israel Terus Berlangsung
Pertemuan di Syarm el-Syaikh salah satunya dilatarbelakangi oleh terus berlangsungnya kekerasan yang dilakukan Israel ke wilayah Palestina. Pada Sabtu (20/5), serangan udara Israel di Jalur Gaza, menewaskan empat warga Palestina, termasuk seorang anggota Jihad Islam. Israel berjanji akan melakukan investigasi atas serangan itu.
Dalam aksi serangan udara ke kamp pengungsi Balata, Tepi Barat hari Minggu (21/5) tentara Israel juga menembak mati seorang wanita Palestina.
Sebagai aksi balasan, Jihad Islam menembakkan lima roket ke kota Sderot, sebelah selatan Israel dan salah satu roket menghantam ruangan kelas yang dalam keadaan kosong. (ln/aljz)