Presiden Palestina akan Tentukan Nasib Hamas Lewat Referendum

Pertikaian Fatah-Hamas tampaknya sulit mencapai titik temu. Presiden Palestina Mahmud Abbas menyatakan, dirinya bisa saja membubarkan pemerintahan Hamas. Namun untuk melakukan itu, Abbas mengisyaratkan akan menggelar referendum.

Mahmud Abbas dalam keterangannya selama hampir satu jam pada pers di kantornya di Ramallah, Tepi Barat, Selasa (17/10) malam, menegaskan kembali bahwa pembicaraan tentang pemerintahan bersatu dengan Hamas sudah berakhir, karena Hamas tetap menolak untuk bersikap lebih lunak pada Israel.

"Dalam waktu dekat, kita perlu opsi-opsi yang bisa melepaskan kita dari krisis ini sesegera mungkin. Tidak mungkin terus berada dalam situasi seperti ini," ujar Abbas.

Pada kesempatan itu, Abbas mengemukakan ide tentang pembentukan kabinet pemerintah yang berisi para teknorat dan orang-orang profesional, bukan cuma para politikus. Pembentukan kabinet semacam ini, kata Abbas, sebagai upaya untuk mengatasi ketimpangan akibat sanksi Barat. Namun ia menyatakan tidak akan menerapkan idenya itu dalam pemerintahan Hamas.

Abbas menyatakan, ide tersebut harus "secara serius dipertimbangkan" untuk keluar dari kebuntuan yang terjadi sekarang ini. Ia mempertanyakan sikap Hamas yang menuding bahwa ide tersebut adalah opsi dari Amerika dan pemerintah Zionis Israel.

Setelah menutup pintu dialog dengan Hamas, Abbas belum mengungkapkan apa pilihan yang akan diambilnya bagi Palestina. Namun sumber-sumber yang dekat dengan Abbas mengatakan Abbas mungkin akan menyerukan pemilihan umum baru, membentuk pemerintahan darurat atau menggelar referendum guna memberi kesempatan bagi rakyat Palestina untuk menentukan apa yang mereka inginkan.

Ditanya soal referendum ini, Abbas menjawab,"Jika isu-isu yang saya lontarkan tidak ada aturannya dalam konstitusi, saya akan kembali pada rakyat dan menggelar referendum."

Menyinggung soal rencana pertemuannya dengan PM Israel Ehud Olmert, Abbas mengatakan rencananya itu terhambat oleh persoalan tahanan Palestina yang ada di penjara-penjara Israel.

"Semuanya terhenti karena Israel mengaitkan pembebasan tahanan Palestina dengan pembebasan Shalit," kata Abbas.

Israel membatalkan rencana pembebasan sejumlah tahanan Palestina, ketika seorang serdadunya Kopral Gilad Shalit ditawan oleh kelompok pejuang Palestina. Israel meminta serdadunya itu dibebaskan dan sebagai kompensasinya sejumlah tahanan Palestina akan dibebaskan. (ln/aljz)