PM Palestina: Mogok Massal, Hanya Untungkan Zionis

PM Palestina Ismail Haniyah, meminta rakyatnya membatalkan mogok massal. Menurut Haniyah, kekisruhan yang diakibatkan mogok massal, bisa menjadi kesempatan yang menguntungkan pihak Israel. Rakyat Palestina sendiri melakukan aksi mogok massal itu untuk memprotes Israel dan AS.

Sebelum ini, Dewan parlemen Palestina mengeluarkan seruan untuk menggelar mogok massal untuk menekan AS dan Israel yang semakin ketat memblokade Palestina. Mereka melakukan aksi mogok massal menentang AS dan Israel, sebagai ganti mogok melawan pemerintah Palestina. Usulan untuk mogok massal ini muncul saat puluhan ribu warga Palestina turun ke jalan dari berbagai masjid di Ghaza. Mereka menyatakan tetap setia mendukung pemerintahan yang dipimpin Hamas dan menolak seruan mogok massal oleh kaum buruh dan guru. Mereka berencana akan menutup semua aktifitas di berbagai gedung pemerintah, kecuali rumah sakit, dan perbatasan.

Dalam pernyataannya Haniyah mengatakan, “Saya serukan para guru dan murid tetap masuk sekolah dan memulai tahun ajaran baru. Israel ingin memunculkan perpecahan di antara kita dengan segala cara.” Haniyah juga meminta agar para pekerja dan guru tetap melakukan aktifitasnya dan tidak mogok lantaran mereka tidak menerima honor sampai saat ini. “Kami bangsa Palestina tengah melewati situasi sulit, dan kami harus bersatu. Kami tidak mungkin membiarkan begitu saja upaya pembunuhan, penghancuran dan blokade untuk mematikan mental kami dan menyia-nyiakan kami,” ujar Haniyah.

Menurut Haniyah, “Kita masih berada di awal perjalanan. Kita berharap berbagai upaya kita akan berhasil untuk membangun kesatuan Palestina.” Meskipun demikian, Haniyah tetap menyampaikan simpatiknya kepada kaum guru dan para pekerja yang tidak menerima honor pekerjaan sejak bulan Maret.

Di sisi lain, Bassam Rakazanah, kepala Persatuan Buruh Palestina yang mengkoordinir mogok massal mengatakan bahwa sekedar demonstrasi tidak akan menyelesaikan masalah. Ia mengatakan bahwa seluruh pekerja pemerintah di Tepi Barat akan ikut serta dalam aksi mogok massal ini. Kecuali para pegawai di Ghaza, mereka tetap akan ke kantor sebagaimana biasa, tapi mereka tidak melakukan pekerjaan mereka. Menurutnya, aksi mogok massal ini adalah wujud protes mereka atas kondisi sulit yang dialami mayoritas pegawai pemerintah di Tepi Barat dan Ghaza.

Kondisi sulit Palestina, dipicu oleh terhentinya bantuan AS dan Uni Eropa terhadap pemerintahan yang dipimpin Hamas. Sementara Palestina harus membayar gaji pegawai yang jumlahnya lebih dari 165 ribu orang. Palestina mendapat tekanan dunia internasional pasa terpilihnya Hamas sebagai pemenang mutlak dalam pemilu demokratis dan berhak mendirikan pemerintahan Palestina. Hamas dimusuhi karena tidak mau mengikuti kemauan AS, terkait pengakuan terhadap eksistensi Israel. (na-str/iol)