Kepala Biro Politik Hamas, Khaleed Meshaal menyatakan bahwa Hamas menerima ide solusi dua negara tapi tetap menolak mengakui Israel sebagai negara Yahudi. Ia juga menegaskan, negara Palestina yang dibentuk harus berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.
Penegasan itu disampaikan Meshaal dalam pidato politiknya di hadapan para pendukung Hamas di Damaskus, ibukota Suriah, Kamis (26/6). "Kami menolak apa yang disebut negara Yahudi Israel. Seruan para pemimpin Israel soal negara Yahudi adalah seruan yang rasial, tidak ada bedanya dengan Nazi dan seruan-seruan lainnya yang sudah dikecam dunia internasional," kata Meshaal.
Ia mengecam ide negara Palestina yang dilontarkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Dalam pidatonya beberapa waktu lalu, Netanyahu menyatakan Israel-lah yang akan mengontrol wilayah darat, lau dan udara negara Palestina, jika negara Palestina terbentuk.
Menurut Meshaal, negara yang wilayahnya dikontrol oleh pihak lain, bukanlah sebuah negara, tapi sebuah penjara besar dan bukan negara untuk bangsa besar seperti Palestina. Untuk itu, jika Israel tidak juga menarik diri dari wilayah Palestina dan tidak juga mematuhi resolusi-resolusi internasional, "Tak ada pilihan lain bagi Hamas selain melanjutkan perlawanan senjata untuk membebaskan tanah Palestina," tandas Meshaal.
Dalam pidatonya, Meshaal menyatakan optimis dengan negosiasi antara Hamas dan Fatah untuk menentukan masa depan Palestina dan hubungan kedua faksi itu. Pembicaraan antara Hamas-Fatah, ujar Meshaal, akan dilanjutkan hari Minggu di ibukota Mesir, Kairo.
Meshaal juga menyinggung kehadiran Letnan Jenderal Keith Dayton yang ditunjuk pemerintah AS sebagai kordinator kemanan di kawasan. Atas persetujuan Israel, Dayton melatih pasukan keamanan otorita Palestina di Tepi Barat. Meshaal menuntut Presiden AS Barack Obama untuk segera menarik Dayton dari Palestina.
Israel mengijinkan Dayton melatih pasukan otorita Palestina-yang notabene pasukan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dari Fatah-agar pasukan otorita Palestina bisa membantu Israel menjaga empat kota utama di Tepi Barat. Menurut sumber-sumber di Palestina dan Israel, Israel akan menyerahkan otonomi empat kota yaitu Bethlehem, Ramallah, Jericho dan Qalqilya pada otoritas Palestina. Tapi untuk masalah keamanan, Israel tetap akan menempatkan pasukannya di keempat kota Palestina itu dengan alasan untuk mencegah munculnya "aksi-aksi teroris".
Sementara itu, mengomentari pidato politik Meshaal, analis senior di stasiun televisi Al Jazeera, Lamis Andoni mengatakan, Meshaal menyampaikan dua pesan utama dalam piatonya. Pertama, tentang reposisi Hamas sebagai negosiator dalam pembicaraan-pembicaraan perdamaian dan kedua, posisinya sebagai wakil yang lebih bisa dipercaya bagi rakyat Palestina, dibandingkan otoritas Palestina.
"Pesan pertama ditujukan ke Barat. Dia (Meshaal) memberi sinyal bahwa Hamas adalah gerakan pragmatis dan secara resmi menerima solusi dua negara, asalkan negara Palestina merdeka dideklarasikan berdasarkan perbatasan tahun 1967. Dan pesan kedua, ditujukan untuk seluruh rakyat Palestina," papar Amdoni.
Terkait tuntutan Meshaal agar presiden AS menarik Jenderal Dayton, menurut Amdoni, secara tidak langsung menunjukkan bahwa Meshaal menuding otorita Palestina telah berupaya memberangus Hamas demi Amerika dan Israel.
Analis politik lainnya dari Universita Birzeit di Ramallah, Ghassan Khatib berpendapat, Meshaal berusaha menyampaikan sinyal positif pada Amerika, agar AS bersikap seperti yang diinginkan Hamas. AS harus memberikan jaminan bahwa AS akan mengubah sikap politiknya yang selama ini lebih memihak Israel, untuk menciptakan situasi yang lebih kondusif bagi upaya perdamaian di kawasan. (ln/aljz)