Pertemuan Makkah untuk mencari jalan ke luar kebuntuan politik antara Fatah dan Hamas siap digelar. Para pemimpin Palestina antara lain Presiden Mahmud Abbas, Kepala Biro Politik Hamas Khalid Meshaal dan PM Palestina Ismail Haniyah sudah tiba di tanah suci untuk memulai pembicaraan hari ini.
Sebelumnya, Raja Arab Saudi, Raja Abdullah, sudah melakukan pertemuan awal dengan Abbas dan Meshaal. Baik Hamas maupun Fatah berharap pertemuan Makkah bisa menghasilkan kesepakatan tentang pembentukan pemerintahan nasional bersatu di Palestina.
PM Palestina Ismail Haniyah sebelum berangkat ke Makkah berjanji akan melakukan apapun yang bisa dilakukannya dan mengerahkan segala daya upaya untuk mencapai kata sepakat bagi pembentukan pemerintahan bersatu.
Surat kabar Libanon Al-Akhbar mengutip pernyataan Mahmud Abbas setibanya di Arab Saudi yang mengatakan, jika pembentukan pemerintahan bersatu itu gagal, akan berpotensi menimbulkan perang saudara.
Raja Abdullah juga menginginkan pertemuan itu akan segera mengakhiri pertikaian antara Fatah dan Hamas.
"Saya berharap saudara-saudara saya ini tidak meninggalkan tanah suci sebelum mencapai kesepakatan… Dan mereka bersumpah untuk menghentikan pertumpahan darah, " kata Raja Abdullah seperti dikutip kantor berita Arab Saudi, SPA.
Mengomentari pertemuan Makkah, penasehat senior Abbas, Azzam al-Ahmad mengatakan, pertemuan tersebut bertujuan untuk membujuk Hamas agar mau menerima program-program PLO, terutama terkait dengan pengakuan terhadap keberadaan Israel.
Analis politik Iyad el-Barghouthi menyatakan pertemuan Makkah bukan hal yang mengejutkan. Iyad mengingatkan inisiatif yang pernah dilakukan Raja Abdullah-waktu itu masih putera mahkota- pada tahun 2002. Raja Abdullah menggelar pertemuan tingkat tinggi negara-negara Arab di Beirut, membahas keinginan Israel untuk berdamai dan kembali menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab.
Menurut el-Barghouthi, Hamas dan Fatah akan memanfaatkan pertemuan Makkah untuk mencapai cara pandang yang sama dalam pembentukan pemerintahan nasional bersatu di Palestina.
Sementara sumber-sumber di kalangan diplomat Palestina mengungkapkan, "Jika mereka mencapai kesepakatan, para pemimpin Hamas dan Fatah akan bersumpah di depan Kabah bahwa mereka akan menghormati kesepakatan itu dan menghentikan pertumpahan darah rakyat Palestina. "
Di tempat berbeda, PM Israel Ehud Olmert mengatakan, apapun hasil pertemuan Makkah tidak boleh bertentangan dengan persyaratan dari Israel untuk mengakhiri blokadenya terhadap Palestina.
"Saya yakin, begitu Hamas menyetujui kesepakatan PLO, tim Kuartet tidak akan meminta Hamas lagi untuk mengakui Israel, " kata Olmert.
Ia juga menyatakan akan digelar pertemuan antara Abbas, Olmert dan Menlu AS Condoleezza Rice pada 19 Februari mendatang, tapi tidak disebutkan di mana pertemuan itu akan dilakukan.
"Saya harap, setelah pertemuan itu, kami tidak lagi melihat Abu Mazen (Mahmud Abbas) bekerjasama dengan Hamas, karena hal itu tidak sesuai dengan prinsip tim Kuartet dan komunitas internasional, " tukas Olmert. (ln/iol/aljz)