Peringatan tiga tahun wafatnya Yasser Arafat berubah menjadi pertumpahan darah, setelah terjadi insiden tembak menembak yang menyebabkan enam warga Palestina tewas dan sejumlah orang lainnya luka-luka.
Menurut petugas medis dan saksi mata, korban luka mencapai 130 orang, tiga di antaranya dalam kondisi kritis. Dari siaran televisi terlihat ribuan orang yang berkumpul di alun-alun Kota Ghaza berhamburan, mencari perlindungan saat kekacauan terjadi.
Beberapa jam sebelumnya, acara peringatan berjalan dengan tertib, para pendukung Yasser Arafat mengibar-ngibarkan bendera kuning-warna khas gerakan Fatah-dan gambar-gambar Arafat dengan penutup kepala berwana hitam-putih yang menjadi ciri khasnya.
Arafat meninggal secara misterius di Rumah Sakit Paris pada 11 November 2004 dalam usia 75 tahun. Sejumlah pejabat di Palestina meyakini ada keterlibatan Israel dalam kematian Arafat dengan cara diracun. Sementara para petugas medis yang merawat Arafat tidak pernah-atau sengaja menyembunyikan-fakta penyebab kematian pemimpin PLO itu.
Sejauh ini belum jelas apa penyebab munculnya kericuhan dalam peringatan wafatnya Arafat, Senin (13/11). Namun Fatah dan Hamas saling tuding, sebagai pelaku penembakan pertama sehingga terjadi kekacauan.
"Kelompok bersenjata Fatah menyusup ke kerumuman massa. Mereka juga menempatkan diri di atas atap gedung-gedung dan mulai menembaki pasukan eksekutif yang sedang menjaga jalannya peringatan, " ujar Ihab Al-Ghessen, juru bicara Pasukan Eksekutif seraya menegaskan akan menindak tegas orang-orang yang terlibat dalam kerusuhan kemarin.
Sebaliknya, Fatah menuding Hamas dan pasukan khususnya yang telah memicu aksi tembak-menembak.
"Kami katakan pada Hamas dan sayap militernya untuk menghentikan kekerasan. Tindak kejahatan ini tidak akan menggoyahkan keputusan kami, " tukas Zakaria al-Agha, pimpinan Fatah di Ghaza. (ln/iol/alz)