Penjajah Zionis Gempur Rafah Usai Tolak Gencatan Senjata, Korban Jiwa Berjatuhan!

Eramuslim.com – Senin (6/5/2024), Hamas telah menerima usulan gencatan senjata yang diinisiasi Mesir-Qatar. Namun, penjajah ‘Israel’ kembali menolak kesepakatan itu dan tetap melancarkan serangan ke kota Rafah di Gaza selatan.

Langkah diplomatik ini begitu penting mengingat ancaman serangan besar-besaran penjajah ‘Israel’ terhadap Rafah; sebuah tindakan yang diperingatkan oleh kelompok-kelompok kemanusiaan bakal menjadi bencana bagi sekira 1,4 juta warga Palestina yang mengungsi di sana.

Para pejabat Mesir menjelaskan bahwa perjanjian tersebut menyerukan gencatan senjata dalam beberapa tahap; yang dimulai dengan pembebasan tawanan dan penarikan pasukan ‘Israel’ di Gaza.

Kedua belah pihak juga akan merundingkan “ketenangan permanen” yang akan mengarah pada pembebasan sandera sepenuhnya dan penarikan lebih besar ‘Israel’ keluar dari wilayah tersebut, kata mereka.

Namun, tak lama setelah Hamas mengatakan menerima proposal gencatan senjata Mesir-Qatar, kabinet perang ‘Israel’ laknatullah memutuskan untuk tetap melanjutkan operasi di Rafah, menurut keterangan kantor dedengkot zionis Benjamin Netanyahu.

Negara palsu zionis itu telah memerintahkan sekira 100.000 warga di kawasan timur Rafah untuk mengevakuasi diri, pertanda bahwa invasi darat akan segera dilakukan.

Serangan udara ‘Israel’ bahkan sudah menyasar kawasan lain di Rafah pada Senin (6/5/2024) malam, menewaskan sedikitnya lima orang, termasuk seorang anak dan seorang wanita, kata pejabat rumah sakit setempat.

Sementara itu, pada pagi harinya, serangan udara ‘Israel’ juga telah menewaskan 22 orang, termasuk anak-anak dan dua bayi.

Dedengkot negara palsu ‘Israel’ telah berulang kali menolak upaya pertukaran tawanan, dan bersumpah untuk terus melanjutkan aksi genosida mereka sampai Hamas dapat dihancurkan.

Netanyahu berada di bawah tekanan dari mitra garis keras dalam koalisinya yang menuntut dilakukannya serangan terhadap Rafah serta mengancam akan meruntuhkan rezimnya jika dia sampai menandatangani kesepakatan gencatan senjata.

Namun, ia juga menghadapi tekanan dari keluarga para sandera. Mereka mengatakan waktu hampir habis untuk membawa pulang keluarga mereka dengan selamat, sedangkan operasi darat akan semakin membahayakan sandera.

Unjuk rasa oleh ribuan warga negara palsu ‘Israel’ telah lama dilakukan, termasuk pada Senin (6/5/2024) malam di mana mereka menyerukan kesepakatan segera.

Sekira 1.000 pengunjuk rasa memadati kawasan sekitar markas pertahanan ‘Israel’ di Tel Aviv. Sementara itu, di Baitul Maqdis sekira 100 pengunjuk rasa berbaris menuju kediaman Netanyahu dengan membawa spanduk bertuliskan: “Darah ada di tangan Anda.”

Badan-badan kemanusiaan telah memperingatkan bahwa serangan darat ke Rafah bakal menyebabkan lebih banyak lagi kematian warga sipil.

Genosida ‘Israel’ ini telah menewaskan lebih dari 34.000 orang dan menghancurkan wilayah tersebut. Hal ini juga dapat menghancurkan operasi bantuan kemanusiaan yang berbasis di Rafah yang menjaga kelangsungan hidup warga Gaza, kata mereka.

Mohammed Jindiyah mengatakan bahwa pada awal agresi, dia mencoba bertahan di rumahnya di Gaza utara di bawah pengeboman besar-besaran; yang akhirnya memaksa ia dan keluarganya melarikan diri ke Rafah.

“Keluarga kami berjumlah 12 orang, dan kami tidak tahu harus pergi ke mana. Tidak ada wilayah yang aman di Gaza,” katanya. (AP News/Sahabat Al-Aqsha)

Beri Komentar