“Jika kami ingin mengambil insentif ini, kami akan mengambilnya 30 tahun lalu, insentif terus berdatangan tetapi kami semua menolak,” ujar Khamis. “Kami tinggal di tanah kami, kami tidak akan pergi dengan paksa.”
Yousef Abu Dahouk, 37, seorang ayah empat anak, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pasukan Israel memasuki desa dan mengayunkan persenjataan berat di depan anak-anak dekat sekolah yang juga diperkirakan akan dihancurkan.
“Pasukan Israel mencoba memasuki sekolah tetapi para aktivis mencegah mereka. Setelah itu, mereka berjalan di sekitar desa, di antara rumah-rumah dan menjelajahi tempat itu, mencoba mencari tahu berapa banyak aktivis yang ada. Lalu mereka pergi,” ujarnya.
Khan al-Ahmar terletak beberapa kilometer dari Yerusalem, desa yang berada di antara dua pemukiman ilegal Israel, Maale Adumim dan Kfar Adumim.
Penghapusan desa Badui memungkinkan pemerintah Israel untuk secara efektif memotong Tepi Barat menjadi dua. (Sn)