Sebuah laporan menyebutkan bahwa literatur sastra Ibrani ternyata berbasis atas konsep rasisme zionis terhadap orang Arab, dan Palestina serta suku Badui, yang secara umum menyebutkan bahwa mereka identik dengan perilaku barbar dan primitif.
Profesor Jamil Ahmad kepala departemen bahasa Ibrani, fakultas studi Islam di Universitas Al-Azhar dalam pertemuan terakhir dari simposium mengenai sastra Ibrani dan konsep Zionisme berlangsung pada hari Sabtu lalu (10/4) yang diselenggarakan oleh pihak kampus selama tiga hari, mengatakan bahwa para penulis cerita anak-anak Ibrani tertarik dengan konsep rasisme zionisme dalam penulisan cerita-cerita mereka.
Mengutip sebuah objek penelitian yang berjudul "Gambaran Orang Badui dalam cerita anak-anak Ibrani," profesor Jamil menyebutkan bahwa para penulis Yahudi menggambarkan bahwa saat ini Israel hidup di masa konflik dengan orang-orang Arab. Kita hidup dalam suasananya yang penuh darah, jadi oleh karena itu kita harus menghindari menulis cerita indah yang berbicara tentang kupu-kupu, bunga-bunga yang indah agar tidak menyesatkan anak-anak kita."
Seorang peneliti sastra bernama Ahmad mengatakan kepada Quds Press bahwa para penulis cerita anak-anak Ibrani menulis berdasarkan strategi khusus sesuai dengan persepsi zionis berdasarkan gagasan atas hak-hak tempat suci Yahudi di Palestina, yang menemukan bahwa setiap keberadaan manusia non-Yahudi di Palestina tidak sesuai dengan isi dari visi Zionis yang bergantung pada pernyataan mutlak seperti "orang-orang Yahudi merupakan bangsa yang dipilih dan janjikan Tuhan yang memilik hak historis di Palestina", dan menekankan bahwa pendekatan ini sengaja memalsukan gambaran atas dunia Arab Badui.
Sedangkan Aisya Zidan, dari departemen bahasa Ibrani, Fakultas Studi Islam Universitas Al-Azhar dalam penelitiannya yang berjudul "Gambaran Badui dalam cerita Ibrani modern", mengatakan bahwa literatur Ibrani berfokus pada "Penggambaran Arab dengan cara yang paling mendasar", dan menggambarkan bangsa Palestina sebagai bangsa yang primitif dan barbar yang pada dasarnya berdasarkan sebuah realitas palsu dan bohong.
Dia menambahkan bahwa orang-orang Yahudi sejak awal migrasinya ke Palestina sejak tahun 1881, telah menyadari bahwa "Bangsa Arab adalah hambatan utama menuju jalan impian mereka akan sebuah tanah air yang di janjikan".
"Kebanyakan penulis Yahudi mempromosikan ide dengan melestarikan karakter negara Yahudi Israel dan mulai berfokus pada fitnah terhadap bangsa Arab dan membenarkan penghapusan hak bangsa Arab, bahkan jika perlu harus dimusnahkan."(fq/pic)