Jumlah pemukim Yahudi di Tepi Barat yang diduduki telah meningkat sebesar 15.000 pada tahun lalu, melebihi 350.000 dan membuat solusi dua-negara semakin sulit diterapkan.
Menurut registri populasi Israel, dikutip dalam sebuah laporan oleh The Guardian, jumlah pemukim Yahudi di Tepi Barat telah meningkat sebesar 4,5 persen sejak tahun lalu dan meningkat dua kali lipat dalam 12 tahun terakhir.
Selain angka-angka ini, 300.000 orang Yahudi sudah tinggal di perbatasan pra-1967 di Yerusalem Timur, menurut laporan oleh surat kabar pro-pemerintah Israel Hayom seperti dikutip The Guardian.
Palestina berpendapat bahwa semakin banyak pemukim Israel akan mencegah pembentukan negara Palestina yang terdiri dari Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza.
Sementara serangan kekerasan oleh pemukim menargetkan properti Palestina, masjid dan lahan pertanian telah meningkat 150 persen selama tahun lalu, seperti yang diumumkan oleh Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad pada hari Kamis kemarin (26/7), semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Amerika Serikat, pendukung setia negara Israel, secara konsisten mengkritik pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki.
“Kami tidak menerima legitimasi kegiatan permukiman Israel dan kami terus menentang setiap upaya untuk melegalkan pemukiman terluar,” menurut Patrick Ventrell, juru bicara departemen luar negeri As mengatakan kepada The Guardian.
Tapi pemimpin pemukim Dani Dayan menulis dalam sebuah artikel New York Times bahwa permukiman Yahudi adalah “fakta yang tidak dapat diubah.”
“Mencoba untuk menghentikan perluasan pemukiman adalah sia-sia … pemerintah Barat harus menilai kembali pendekatan mereka untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Mereka harus mengakui bahwa tidak ada solusi status akhir yang sudah dekat.”
“Mengingat ireversibilitas kehadiran sipil besar Israel di Yudea dan Samaria dan rejeksionisme Palestina terus berlanjut, pemerintah Barat harus menilai kembali pendekatan mereka untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina,” tulis Dayan.(fq/aby)