Untuk pertama kalinya, pemerintah Gaza mendirikan sekolah menegah atas negeri bagi siswa tuna rungu, setelah pendidikan mereka hanya terbatas pada sekolah berkebutuhan khusus hingga jenjang pendidikan kelas sembilan saja.
Di sekolah difable ini, pemerintah Gaza menyediakan kurikulum yang telah disederhanakan dan menghapus mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan para siswa dengan kebutuhan khusus.
Kalender pendidikan di sekolah ini sama dengan semua institusi pendidikan lainnya, akan tetapi beberapa jadwal lebih dimodifikasi dengan melihat kebutuhan para siswa.
Pemerintah Gaza telah memperhitungkan segala sesuatu di dalam sekolah ini, mulai dari para guru yang dapat menggajarkan bahasa isyarat sampai kurikulum yang sesuai dengan kemampuan belajar mereka.
Di sekolah ini terdapat sekitar 370 siswa yang akan mengikuti pelajaran, jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan angka penderita tuna rungu di wilayah Jalur Gaza, sekitar dua ribu orang dibawah usia 18 tahun menderita tuna rungu menurut badan pemerintahan Gaza.
Bagi para siswa berkebutuhan khusus ini, mereka kini dapat mencapai sebagian besar mimpi dan cita-cita mereka. Akan tetapi, sekolah untuk jenjang perguruan tinggi masih menjadi masalah yang akan dihadapi setelah mereka lulus nanti.
Palestina merupakan negara pertama yang tingkat buta hurufnya tidak melebihi 4 persen di dunia, perhatian pemerintah Palestina terhadap masalah pendidikan menjadi salah satu alasan penyebaran pendidikan di negara ini. (skynewsarabia/Zhd)