“Ketiga, itu karena kekacauan dan konflik di negara-negara Arab yang telah menyebabkan orang-orang di negara bermasalah itu hanya khawatir tentang nasib dan masa depan mereka,” kata al-Ghareeb, dilansir pada Senin (20/1).
Perpecahan dan ketidaksepakatan politik antara warga Palestina sendiri telah menghambat upaya penyelesaian konflik dan kadang-kadang mengasingkan sekutu tradisional. Sementara itu, ketidakstabilan dan konflik di negara-negara Arab menyebabkan penurunan dukungan untuk perjuangan Palestina.
Konflik bersenjata di Suriah, Libya, Irak, Yaman, dan Sudan telah menyebabkan puluhan ribu orang terbunuh, terluka, ditangkap dan dipindahkan. Sedangkan konflik entah kapan berakhir. Semua orang sibuk mengumpulkan potongan-potongan kehidupannya yang hancur.
Di sisi lain, kebijakan Israel untuk mengulur waktu juga terbukti bekerja. Sementara orang-orang Palestina sudah muak dan frustrasi, dan merasa ditinggalkan oleh rekan-rekan Arab mereka.
Profesor ilmu politik di Universitas Al-Ummah Gaza, Husam al-Dajani, mengatakan Israel menggerakkan konflik di antara orang Arab dan Palestina untuk merusak ikatan mereka dan memperkuat posisinya sendiri.
Menurutnya, Israel memicu konflik dan kerusuhan di Timur Tengah untuk melemahkan dunia Arab dan Muslim, dengan membuat mereka sibuk saling bertarung.
Akibatnya, dunia Arab dilanda kesulitan ekonomi. Dengan bantuan sekutu-sekutunya, Israel mendorong konflik yang melemahkan moral dan hati nurani orang Arab.