Pejuang Palestina Tawarkan Gencatan Senjata, Israel Tanggapi Dingin

Untuk menghentikan serangan Israel ke Jalur Gaza dan Tepi Barat, kelompok-kelompok pejuang Palestina berusaha mengalah dengan menawarkan gencatan senjata berupa penghentian serangan roket ke wilayah Israel. Namun niat baik mereka tidak mendapat sambutan positif dari Israel.

"Demi kepentingan nasional Palestina… ada posisi untuk mendukung terciptanya situasi tenang dengan penghentian serangan roket sebagai imbal balik dari dihentikannya agresi terhadap rakyat kami di Gaza dan Tepi Barat," ujar Khadar Habib, pemimpin Jihad Islam, Kamis (23/11) seperti dikutip dari Al-Jazeera.

Habib mengungkapkan, faksi-faksi utama pejuang Palestina, termasuk Hamas, Fatah dan kelompok-kelompok kecil lainnya telah menyetujui untuk menawarkan gencatan senjata pada Israel setelah mengadakan pertemuan dengan PM Palestina, Ismail Haniyah.

Namun, tambah Habib, kesepakatan gencatan senjata baru bisa berlaku efektif setelah Israel setuju dan benar-benar menghentikan agresi militernya. Gencatan senjata terbatas hanya pada penghentian serangan roket dan tidak termasuk bentuk-bentuk perlawanan lainnya seperti serangan-serangan di perbatasan dan bom syahid.

Lebih lanjut ia mengatakan, Haniyah akan membawa tawaran itu ke Presiden Abbas dengan harapan Abbas akan membicarakannya dengan Israel.

"Jika Israel setuju, kesepakatan akan diratifikasi oleh semua kelompok. Pelaksanaan kesepakatan belum akan dilakukan sampai kita melihat bahwa agresi sudah dihentikan," jelas Habib.

Menanggapi tawaran para pejuang Palestina itu, juru bicara pemerintah Israel, Miri Eisin menyatakan, Palestinalah yang harus melakukan tindakan terlebih dahulu.

"Hamas, Jihad Islam dan kelompok-kelompok lainnya sudah memilih untuk menembakkan roketnya ke Israel setiap hari. Israel akan melindungi warganya dari roket-roket itu dan hanya akan menghentikan aksinya begitu pihak yang menembak, menyimpan dan membuat roket serta yang menyelundupkan bahan-bahan pembuatnya, menghentikan aksinya," ujar Eisin.

Pada Rabu kemarin, pemerintah Israel memutuskan untuk melakukan tekanan yang lebih kuat ke Palestina, meski dalam lima bulan terakhir agresinya ke Jalur Gaza Israel sudah menewaskan sekitar 380 warga Palestina.

Aksi Bom Syahid

Sementara itu seorang perempuan Palestina berusia 57 tahun, melakukan aksi bom syahid dengan target tentara-tentara Israel di dekat kamp pengungsi Jabalya, Kamis (23/11).

Sayap militer Hamas dalam situsnya menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom syahid yang melukai tiga tentara Israel tersebut. Bom syahid itu dilakukan oleh Fatima al-Nejar, ibu dari sembilan anak.

Pihak militer Israel mengungkapkan, tentaranya melihat Fatima mendekati mereka dengan membawa alat peledak. Tentara Israel melemparkan granat tangan ke arah Fatima dan perempuan itu langsung menarik detonator dan meledakkan dirinya.

Serangan-serangan Israel ke Jalur Gaza sepanjang Kamis kemarin, menewaskan sedikitnya delapan warga termasuk enam pejuang Palestina.

Serangan udara Israel terhadap sebuah mobil di utara Gaza membunuh tiga pejuang Popular Resistance Committee, termasuk seorang komandan lokalnya. Tiga pejuang lainnya terbunuh dalam serangan berbeda. Kalangan medis mengungkapkan, seorang warga juga tewas ditembak oleh tentara Israel di Beit Lahiya. (ln/aljz)