Setelah melakukan pertemuan selama dua hari di Kairo dengan mediator dari pihak Mesir, 12 faksi pejuang Palestina sepakat untuk melakukan gencatan senjata yang akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari Jalur Ghaza dan nantinya akan diperluas sampai ke Tapi Barat.
Dalam pernyataannya, kepala inetelejen Mesir Omar Sulaeiman yang memediasi negosiasi gencatan senjata dengan keduabelas faksi pejuang Hamas itu mengatakan, "Semua faksi pejuang Palestina setuju dengan proposal gencatan senjata dengan Israel yang diusulkan Mesir."
Menurut Omar, gencatan senjata akan dilakukan secara komprehensif, simultan, oleh kedua belah pihak yaitu Palestina dan Israel, selama enam bulan ke depan. Dimulai dari Jalur Ghaza dan secara bertahap akan diperluas ke wilayah Tepi Barat.
"Proposal ini merupakan fase dari rencana yang lebih besar. Tujuannya untuk menciptakan atmosfir sebelum dicabutnya blokade dan diakhirinya perpecahan di Palestina, " kata seorang pejabat tinggi Mesir yang tidak mau disebut namanya, seperti dikutip kantor berita Mesir, MENA.
Sumber itu juga mengatakan, periode awal masa tenang akan menjadi pembuka jalan untuk menyelesaikan persoalan lainnya, seperti pertukaran tawanan dengan pihak Israel.
Keduabelas faksi pejuang Palestina yang hadir dalam pertemuan dua hari di Kairo antara lain, Popular Front for Liberation of Palestine (PFLP), Democratic for the Liberation of Palestine (DFLP), Popular Resistance Committees (PRC) dan Popular Struggle Front (PSF). Sementara Hamas, sudah menyatakan menerima kesepakatan gencatan senjata sejak pekan kemarin.
Faksi-faksi pejuang Palestina menetapkan persyaratan, gencatan senjata itu harus bisa menjamin dihentikannya agresi Israel ke wilayah Palestina terutama Jalur Ghaza dan menjamin hak para para pejuang Palestina untuk melakukan pembalasan jika Israel melakukan serangan.
Setelah mencapai kesepakatan dengan faksi pejuang Palestina. Tugas Mesir selanjutnya adalah menyampaikan kesepakatan itu pada Israel. Kepala intelejen Mesir Omar Suleiman rencananya akan berkunjung ke Israel minggu depan untuk membicarakan kesepakatan tersebut.
Tapi Israel nampaknya tidak bersedia ‘berdamai’ dengan para pejuang Palestina. Juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev mengatakan, masa tenang harus memenuhi syarat tiga elemen yang vital; penghentian total tembakan roket dari Ghaza ke wilayah Israel, dihentikannya penyelundupan senjata dari Mesir ke Ghaza dan dihentikannya serangan pejuang Palestina yang oleh Regev disebut serangan ‘teroris’.
Para menteri kabinet Israel juga menyuarakan penolakan terhadap tawaran gencatan senjata dengan para pejuang Palestina. Menteri Keamanan Publik Israel, Avi Dichter saat rapat kabinet Rabu kemarin mengatakan, jika Israel menyepakati proses perdamaian yang dilakukan Mesir, sama artinya Israel mengakui legitimasi Hamas.
Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert mengatakan pihaknya akan mengkaji terlebih dahulu tawaran tersebut dengan melihat perkembangan kesiapan pertahanan Israel. Sementara Ehud Barak, menteri pertahanan Israel dengan tegas menolak gencatan senjata dengan Hamas dan menyatakan akan tetap melanjutkan operasi militer ke Jalur Ghaza. Menurut Barak, saat ini adalah waktunya untuk ‘konfrontasi’ dengan Hamas dan bukan membicarakan perdamaian atau gencatan senjata.
Beberapa jam setelah Mesir mengumumkan bahwa para pejuang Palestina sepakat melakukan gencatan senjata, sebuah misil Israel menewaskan seorang pejuang Jihad Islam dan melukai tiga warga lainnya termasuk seorang anak kecil di Jalur Ghaza. (ln/iol)