Para pejabat Inggris Senin kemarin (15/2) melakukan pertemuan untuk membahas persoalan di tangkapnya seorang wartawan Inggris di Gaza oleh aparat keamanan Hamas, di tengah maraknya seruan agar Hamas segera membebaskan wartawan tersebut. Wartawan asal Inggris itu merupakan orang asing pertama yang ditahan oleh kelompok Hamas sejak mereka merebut kekuasaan di Gaza pada tahun 2007.
Wartawan Inggris yang bernama Paul Martin ditangkap pada hari Ahad lalu (14/2) dalam sebuah ruang sidang di Jalur Gaza, sewaktu ia menjadi saksi untuk teman Palestinanya yang dituduh "bekerjasama dengan Israel," kata pejabat Inggris.
Hamas mengatakan telah menerima "pengakuan" tentang kejahatan keamanan. Namun tidak memberi rincian mengenai tuduhan mereka.
"Kami sangat prihatin tentang situasi ini dan kami berusaha untuk memberikan bantuan konsuler," kata seorang juru bicara konsulat Inggris di Yerusalem, ia menambahkan bahwa pihak berwenang Inggris telah mencoba mengontak keluarga Martin di Inggris.
Seorang juru bicara Hamas dari Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa Martin akan ditahan di bawah 15-hari perintah penahanan yang dikeluarkan oleh pengacara-umum di Jalur Gaza.
"Dia mungkin akan dilepaskan dalam waktu 15 hari atau bisa jadi diperpanjang, sambil menunggu (hasil) dari penyelidikan," kata juru bicara Hamas, Ehab al-Ghasain.
Foreign Press Association (FPA), kelompok wartawan yang biasa bertugas di Israel dan wilayah Palestina, mengatakan pihaknya "sangat prihatin" atas penangkapan dan meminta Hamas untuk segera membebaskan wartawan tersebut.
"Kami berharap Hamas, seperti yang kami lakukan kepada semua pihak, agar menghormati hak setiap jurnalis pada tugasnya, untuk bekerja sebagai jurnalis tanpa takut untuk ditangkap," katan FPA dalam sebuah pernyataan.
FPA mengatakan bahwa Martin pernah menjadi freelancer di wilayah tersebut sekitar lima tahun yang lalu dan mengatakan ia juga seorang pembuat film.
Israel’s Government Press Office, yang memberikan akreditasi wartawan asing yang ingin bekerja di Israel dan wilayah Palestina, mengatakan telah mengeluarkan kartu pers untuk Cainer Paul Martin, yang juga memiliki paspor AS dan Afrika Selatan.
Seperti negara-negara Barat lain, Inggris telah lama secara resmi menolak berurusan dengan Hamas atas kelompok Islamis lainnya yang menolak untuk mengakui negara Yahudi Israel dan meninggalkan cara "kekerasan" dalam menghadapi kafir Yahudi.
London tidak mengakui pemerintahan Hamas di Gaza yang didirikan pada tahun 2007 setelah terjadinya perseteruan hebat dengan Otoritas Palestina di Tepi Barat yang berbasis pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Namun, diplomat Barat secara teratur mengunjungi Jalur Gaza, di mana lebih dari 1,5 juta penduduk tergantung pada bantuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan lainnya. (fq/aby)