Entitas Zionis merasa yang paling kecewa, dan penuh kebencian, tatkala Hamas dan Fatah mencapai perjanjian akhir, yang mengakhiri empat tahun perpecahan nasional.
Perpecahan antara Hamas dan Fatah itu melumpuhkan Palestina. Rakyat Palestina mengalami kelelahan. Perisitwa perpecahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perpecahan itu memberi Israel kesempatan yang berharga untuk melikuidasi Palestina.
Berita perjanjian akhir antara Hamas – Fatah telah menimbulkan reaksi kegembiraan dan sukacita yang seketika. Di mana-mana berlangsung euforia, termasuk di wilayah-wilayah yang diduduki Israel. Penduduk Palestina tak dapat menutupi kegembiraan yang sudah lama mereka angankan.
Pengemudi membunyikan klakson mobil mereka. Anak-anak turun ke jalan berteriak, Fatah dan Hamas: "Satu bukan dua." Beberapa wanita dengan sukacita melihat pemimpin Fatah dan Hamas muncul di layar TV di Kairo, mengumumkan hasil perjanjian, yang sudah lama ditunggu-tunggu. Beberapa restoran, dan restoran-restoran lainnya menawarkan kopi, teh, dan jus gratis, sebagai ungkapan syukur, dan suasana perayaan berlangsung sampai tengah malam. Sangat luar biasa sambutan rakyat Palestina, ketika Hamas dan Fatah rujuk. Mereka tidak pernah memikirkan hal itu dapat berlangsung dalam kenyataan.
Justru musuh rakyat Palestina, yaitu pihak Israel, pemimpin Israel terlihat marah dan kecewa. Perdana Menteri Benyamin Netanyah mengancam pemimpinan Palestina dengan ultimatum. "Otoritas Palestina (PA) harus memilih antara perdamaian dengan Hamas atau perdamaian dengan Israel. Tidak dapat memilih keduanya", ujar Netanyahu. Seorang pejabat Fatah membalas: "Kami juga mengatakan, Israel harus memilih antara perdamaian dengan rakyat Palestina atau perdamaian dengan pemukim yang rasis. Tidak bisa memilih keduanya", ujar seorang pejabat Fatah.
Nah, ancaman Netanyahu harus ditolak secara langsung. Mereka harus diperlakukan dengan penghinaan,dan berdamai dengan mereka tidak layak. Bagaimanapun, ini perjanjian antara Hamas-Fatah adalah masalah internal Palestina. Israel sama sekali tidak berhak mencampuri urusan internal kami, tambah seorang pejabat Fatah.
Netanyahu berpendapat bahwa Hamas tidak mau mengakui Israel. Tetapi, Netanyahu harus diingatkan bahwa ia memimpin pemerintahan yang rasis dan sangat membenci Palestina, dan tidak mau mengakui Palestina. Dalam analisis terakhir, mengapa Hamas, atau dalam hal ini Fatah, menolak mengakui Israel, karena Israel juga menolak untuk mengakui keberadaan rakyat Palestina.
Jadi, jika pemerintah persatuan nasional Palestina berikutnya termasuk kelompok yang tidak mau mengakui Israel, dengan Palestina sama, memiliki hak untuk menuntut bahwa pemerintah Israel harus menyingkirkan kelompok dan pihak-pihak yang tidak mengakui hak-hak yang sah rakyat Palestina. Pemerintah Israel saat ini termasuk pihak yang secara eksplisit fasis, dan bahkan tidak mengakui keberadaan rakyat Palestina.
Perjanjian rekonsiliasi di Kairo benar-benar merupakan pukulan telak untuk rencana jahat Zionis. Israel pertama kali kehilangan asetnya yang besar dan strategis, ketika kejatuhan dinasti Mubarak secara dramatis. Sekarang rakyat Palestina menerima kabar baik dari Kairo. Berita baik datang, insya Allah. Ini suatu kebahagiaan bagi kami, ujar seorang pejabat Fatah.
Tidak ada yang kurang suatu apa. Kita tidak harus terlalu sibuk dengan diri untuk mengucapkan selamat, pada kesempatan yang baik ini. Tentu, tidak ada keraguan bahwa saat ini baik Hamas dan Fatah telah menyerahkan kepada rakyat Palestina kepercayaan yang besar.
Namun, kami harus bekerja keras untuk memperbaiki dan memperbaiki semua yang tidak baik selama empat tahun yang penuh dengan suasana suram. Narapidana atau tahanan harus dibebaskan, hasutan media harus segera diakhiri, lembaga yang dilarang harus dibuka kembali, dan hak asasi manusia dan kebebasan sipil harus dihidupkan kembali. Juga masalah-masalah yang ada dikedua belah pihak harus diselesaikan, dan perasaan keras menenangkan dan berdamai.
Singkatnya, kita harus mendapatkan batu tulis bersih secepat mungkin dan memungkinkan untuk penghapusan total semua bekas luka divisi. Dalam perjanjian ini, tampaknya ada hanya pemenang. Setiap orang yang menang sebagai hasil dari terobosan kecuali Israel dan musuh-musuh rakyat kita.
Hamas telah memenangkan dengan memiliki semua kondisi dan keberatan bertemu. Kita tidak boleh lupa bahwa Hamas seharusnya dihancurkan sesuai dengan desain Amerika-Zionis, sehingga fakta bahwa Hamas tetap sebuah variabel, keras independen memang prestasi besar. Ini membuktikan bahwa tidak Palestina segala sesuatu harus tunduk kepada kehendak Zionis.
Fatah juga menunjukkan kepada Israel bahwa Fatah tidak akan terkooptasi dan dimanipulasi untuk kepentingan nasional Palestina. Fatah menang dengan menunjukkan bahwa ia akan tetap menjadi gerakan nasional dan patriotik meskipun desain Amerika dan Israel.
Dan orang-orang Palestina telah memenangkan dengan mengatasi salah satu krisis internal yang paling berat yang pernah merusak perjuangan Palestina untuk bebas dari cakar Zionisme yang kejam, yaitu perpecahan.
Kita juga harus berterima kasih kepada kakak besar kami, Mesir, tanpa yang kesimpulan dari perjanjian ini tidak akan mungkin terjadi. Kepemimpinan revolusioner di Kairo harus bertepuk tangan atas upaya tak kenal lelah dan dedikasi untuk mewujudkan rekonsiliasi nasional ini penting antara saudara-saudara di Palestina. Hal ini harus menjadi pertanda baik untuk masa depan.
Akhirnya, kami rakyat Palestina harus menanamkan dalam diri kita perasaan optimisme. Pemulihan persatuan nasional Palestina, bersama dengan perubahan strategis di kawasan Arab, adalah aset besar dan peluang yang harus digunakan untuk pembebasan akhir Palestina. (mh)