Palestina Adalah Rumah Kami

Lima orang anak kecil berpegangan erat pada ibunya. Mereka semua menangis, anak-beranak itu. Pagi itu, tanpa peringatan apapun, budozer Israel telah menggerus rumah mereka di Jabal Mukabar, di sebelah timur Yerusalem.

Berbicara di antara reruntuhan serpihan rumahnya, Samia Ihaidoon berkata bahwa ia tengah tertidur ketika para polisi Israel datang. "Mereka datang menggedor pintu kami dan masuk lewat jendela kamar tidur. Mereka bilang saya hanya punya lima menit untuk memakai jilbabku dan mengepak barang-barang berharga kami, dan saya harus segera pergi. Anak-anak shock dan ketakutan. Lihat wajah mereka. Saya begitu terpukul…"

Israel menganggap bahwa rumah Ihaidoon dibangun secara legal, jadi dimusnahkan. Para tetangga Ihaidoon berkumpul dengan rasa marah. Osama Zahaika berkata bahwa tidak mungkin mendapatkan izin membangun rumah bagi warga Palestina di Yerusalem. "Sebagai orang Palestina, saya tahu mengapa mereka seperti itu. Israel tidak ingin kami ada di sini. Mereka menyatakan rumah semua orang Palestina ilegal. Mereka selalu merubuhkan rumah kami, dan dalam waktu bersamaan mereka membangun rumah dan hidup di Yerusalem tanpa pernah diganggu!"

Ihaidoon dan Zahaika hanya dua orang dari beberapa orang lagi warga Palestina yang masih bersisa di Yerusalem Timur. Saat ini, menurut ACRI, hanya 7,25% dari seantero Yerusalem yang dihuni oleh orang Palestina. Sisanya, sebanyak 92,75% ya ditinggali oleh Israel. Bulan Mei ini saja, Israel telah merencanakan akan segera meruntuhkan 2000 rumah orang Palestina.

Inilah pengahancuran terbesar yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina sepanjang sejarah. Selain Gaza, hanya Yerusalem Timur yang masih bersisa rakyat Palestina. Bagaimana dengan perlindungan rakyat Palestina di wilayah ini? Otoritas Palestina yang diwakili oleh Fatah salah satunya sudah jelas tampaknya tidak ambil pusing. Sedangkan Hamas, seperti kita tahu, berpusat di Gaza, yang saat ini pun sudah porak-poranda dan tengah dibangun kembali.

Penghancuran rumah rakyat Palestina di Yerusalem Timur ini telah menyedot perhatian dunia internasional. Robert Serry, kordinator khusus PBB untuk perdamaian Timur Tengah, mengatakan bahwa pengggusuran rumah itu dimaksudkan untuk membuat gedung pemerintahan Israel yang baru. Bukan rahasia lagi kalau Israel sangat bernafsu memindahkan ibukotanya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Ketika tentara buldozer Israel telah pergi, apa yang dilakukan oleh keluarga Ihaidoon? Amar, kepala keluarga langsung menanam dua buah pohon di halamannya. Ia akan segera membangun kembali rumahnya dalam waktu dekat. Yerusalem, ujarnya, adalah milik Palestina.

"Tidak, kami tidak akan pergi," Samia berkata. "Mengapa kami harus pergi dari sini? Ini rumah kami. Tanah kami. Bahkan jika kami harus mendirikan sebuah tenda di sini, dan tinggal di sini, ini tanah Palestina." (sa/bbc)