Seorang Orientalis dan Pakar Politik Arab dari Israel, Ravi Yisraili mengaku terus berharap dua kubu utama Palestina, Hamas dan Fatah, untuk terus berseteru dan gagal bertemu dan bersepakat demi kemaslahatan keduanya dan Palestina. Orientalis itu juga menegaskan jika beberapa dialog yang digelar beberapa waktu belakangan ini untuk rekonsiliasi dua kubu itu telah gagal.
Ditambahkan oleh Yisraili, perseteruan dan keretakan yang terjadi di antara Hamas dan Fatah adalah keuntungan yang sangat besar bagi Israel.
Dalam wawancaranya dengan kanal televisi 7 Israel (2/3), Yisraili mengatakan jika usaha keras pemerintahan Mesir untuk mempertemukan Hamas dan Fatah terbukti sia-sia dan tidak membuahkan hasil.
"Sepertinya kedua kubu itu mustahil akan bisa bertemu dan bermufakat. Saya memiliki keyakinan jika kedua kubu itu akan terus berkonfrtontasi dan bermusuhan dalam waktu yang lama," kata Yisraili.
Yisraili menambahkan, pucuk pangkal perbedaan antara Hamas dan Fatah itu adalah cara pandang keduanya yang berbeda dan bertentangan dalam cara mengurus urusan rakyat dan negara. Dan konyolnya, hanya karena beda cara pandang dan cara kerja itulah, keduanya pun terus berseteru di atas nasib rakyat dan negeri Palestina yang kian porak-poranda.
Selain perbedaan cara itu, bisa jadi juga pangkal perseteruan antara kedua faksi itu merujuk pada mental dan watak orang Arab yang memang egois dan susah untuk bersatu dan bermufakat dalam hal-hal yang seharusnya mereka mufakati.
Kenyataan di atas tentu menjadikan sebagian umat Muslim lainnya merasa miris, termasuk Muslim Indonesia. Bagaimanapun, ribuan Muslim Indonesia telah membela Palestina, memberikan bantuan baik moril dan materil, yang jumlahnya juga tak sedikit, bagi pemerintahan Palestina. Tetapi, justru, sesama faksi dan pemerintahan Palestina sendiri silih berseteru. Mengenaskan, memang. (L2/im)