eramuslim.com – Menteri Warisan Israel Amichai Eliyahu mengatakan pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh “membuat dunia sedikit lebih baik”.
“Tidak ada ampun bagi orang-orang fana ini,” tulis Eliyahu dalam posting di X.
“Tangan besi yang akan menyerang mereka, adalah tangan yang akan membawa kedamaian dan sedikit kenyamanan serta memperkuat kemampuan kita untuk hidup damai dengan mereka yang menginginkan perdamaian,” ujar dia.
Sementara itu, Sami al-Arian, direktur Pusat Islam dan Urusan Global di Universitas Istanbul Zaim, telah menggambarkan Israel sebagai “anjing gila (yang) tidak terkendali”.
Dia menyebut Israel sebagai “negara teroris nakal” setelah pembunuhan Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran.
“Ini bukan perilaku negara beradab yang diakui di seluruh dunia. Kita berbicara tentang dampak yang sangat signifikan yang akan ditimbulkan (pembunuhan ini),” ujar al-Arian kepada Al Jazeera.
Dia menekankan, “Ini adalah eskalasi yang sangat besar; apa yang terjadi kemarin di Lebanon, apa yang terjadi hari ini di Teheran. Ini adalah eskalasi oleh (Israel), dan itu akan memiliki konsekuensi yang signifikan.”
Al-Arian menyerukan AS untuk “menguasai negara pelanggar hukum ini” sebelum keadaan “benar-benar menjadi tidak terkendali”.
Rami Khouri, peneliti senior nonresiden di Arab Center Washington DC dan peneliti terkemuka di Universitas Amerika Beirut, berbicara kepada Al Jazeera tentang pembunuhan Haniyeh.
“Salah satu tujuan Israel di Gaza adalah untuk menghancurkan Hamas sebagai sebuah gerakan,” ungkap Khouri mengatakan kepada Al Jazeera, tetapi karena ini terbukti “sangat sulit”, mereka malah berkata, “Baiklah, kita perlu membunuh semua pemimpinnya.”
“Pembunuhan Haniyeh di Iran mungkin merupakan bagian dari proses itu,” papar dia.
Khouri mencatat pembunuhan terhadap para pemimpin kelompok seperti Hamas dan Hizbullah telah lama menjadi strategi Israel, tetapi dia mengatakan hal itu tidak terbukti berhasil, karena pembunuhan-pembunuhan sebelumnya menyebabkan meningkatnya dukungan publik terhadap gerakan-gerakan tersebut.
Berbicara mengenai peristiwa-peristiwa pada tanggal 7 Oktober, Khouri mencatat, “Tidak jelas apakah sayap politik yang dipimpin Haniyeh mengetahui serangan yang dilakukan oleh sayap militer.”
“Kami mendengar orang-orang mengatakan mereka mengetahuinya, orang lain mengatakan mereka tidak mengetahuinya, dan kita baru akan mengetahuinya ketika buku-buku sejarah ditulis,” pungkas dia
(Sumber: Sindonews)