Berita Palestina

Tindak kekerasan ini terjadi sehari setelah pejuang Palestina menembakkan lebih dari 50 peluru mortir ke Israel – merupakan rentetan serangan terberat sejak serangan militer Israel di Gaza dua tahun lalu.

Departemen pendidikan di kota Yerusalem Israel baru-baru ini mulai melaksanakan keputusan baru yang menyatakan bahwa semua sekolah yang menerima tunjangan dari dewan kota secara eksklusif harus membeli buku yang diterbitkan oleh kotamadya, MSD melaporkan pada hari Kamis lalu.

Mereka menyerukan kepada umat Islam dan Kristen Palestina untuk mematahkan pembatasan yang diterapkan oleh Israel dengan melaksanakan shalat di Masjid Al-Aqsha dan berdoa di Gereja Kebangkitan bagi warga kristen. Selain itu dalam pawai tersebut menuntut diakhirinya pendudukan Israel terhadap Palestina.

Ia merujuk dalam siaran pers pada hari Kamis kemarin (17/3) bahwa Haniyah tidak menetapkan persyaratan menjelang perundingan, bahkan sangat jelas permintaannya, seperti mengakhiri koordinasi keamanan dengan Israel dan Tepi Barat jangan menargetkan penangkapan terhadap pejuang Palestina.

Netanyahu menyatakan dalam sebuah pernyataan hari Selasa lalu bahwa para tahanan yang diminta Hamas untuk dibebaskan itu dialihkan ke Tepi Barat maka akan dapat menyerang setiap sasaran Israel.

Pejabat kesehatan Gazaor Adham Abu Salmiya mengatakan dua warga Palestina tewas dan empat orang lainnya mengalami luka-luka dalam pemboman yang dilakukan pesawat jet tempur Israel hari Rabu ini (16/3).

“Perpecahan di Palestina disebabkan oleh tekanan dan campur tangan pihak luar yang menginginkan Palestina tetap terpecah belah dan legitimasinya lemah di mata dunia internasional,” kata Haniyah.

Jam malam tersebut telah menyebabkan kekurangan pasokan makanan di desa dan telah membuat warga yang sakit tidak bisa menerima pengobatan medis.

Syaikh Bakirat mengatakan ia tidak akan mematuhi keputusan sewenang-wenang Israel tersebut dan akan terus berupaya untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsha.

Demonstran Palestina sambil mengangkat spanduk mendesak para pemimpin mereka untuk menyatukan pemerintah yang berpisah setelah Hamas menguasai Gaza pada bulan Juni 2007, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dari Partai Fatah yang berkuasa di Tepi Barat.