Kepala Intelejen Palestina Tawfiq Tirawi menuduh Iran dan Suriah telah berkomplot dengan Hamas, untuk mengambil alih kekuasaan di Ghaza. Menurutnya, peristiwa yang terjadi awal bulan kemarin adalah sebuah konspirasi yang sudah dipersiapkan dengan matang.
Tirawi mengatakan, sebulan sebelum pertempuran sengit antara Hamas dan Fatah di Ghaza, para pemimpin Hamas di Suriah dan kepala sayap militer Hamas melakukan pertempuan di sebuah tempat rahasia di salah setu negara Arab. Dalam pertemuan tersebut, kata Tirawi, mereka membahas detil operasi di Ghaza.
Tirawi juga menuduh Iran telah membantu Hamas, dengan memberikan bantuan dana dan latihan militer terhadap anggota sayap militer Hamas. Ia juga mengingatkan bahwa para pejuang Hamas sedang menimbun persenjataan di Tepi Barat.
Juru bicara Hamas membantah semua tudingan Tirawi. Namun majalah terbitan Jerman Der Spiegel yang terbit akhir pekan kemarin mengutip pernyataan tokoh Hamas Mahmud Zahar yang mengatakan bahwa dia, seorang diri, berhasil membawa dana tunai sebesar 42 juta dollar dari Iran melalui perbatasan Ghaza-Mesir.
Sejak Hamas berhasil menguasai Ghaza, Presiden Palestina yang juga ketua Fatah Mahmud Abbas, mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memojokkan Hamas dan para aktivisnya. Sementara Hamas mengancam akan bertempur sampai ke Tepi Barat, yang kini dikuasai Fatah.
Tuduhan bahwa Iran telah memberikan bantuan dana dan pelatihan militer bagi anggota Hamas, juga ditolak mentah-mentah oleh negara Para Mullah itu. Juru bicara kementerian luar negeri Iran Muhammad-Ali Hussaini mengatakan, dukungan yang mereka berikan pada Hamas sebatas dukungan "spiritual" dan kalaupun mereka memberikan bantuan finansial, bantuan itu diberikan untuk kepentingan seluruh rakyat Palestina bukan untuk satu kelompok tertentu saja.
Sementara itu, Deputi Menteri Luar Negeri Iran Muhammad Rida Bakery dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Suriah Farouk al-Shara di Damaskus, menyatakan menyesalkan situasi yang terjadi di Palestina saat ini, khususnya antara Hamas dan Fatah.
Dalam kunjungan ke Suriah, pejabat tinggi Iran itu juga melakukan pertemuan dengan kepala biro politik Hamas Khalid Misyaal yang sedang dalam pengasingan di Suriah, serta utusan pribadi Presiden Palestina, Abbas Zaki.
Sumber-sumber baik dari pihak Iran maupun Palestina mengungkapkan, pertemuan itu membahas pertikaian antara Hamas-Fatah dan kesatuan pandangan bahwa pertikaian itu harus segera diakhiri.
Kepala deputi biro politik Hamas, Moussa Abu Marzuk juga mengakui pentingnya dialog antara Hamas-Fatah. Di sisi lain, ia mendesak adanya investigasi terhadap langkah Abbas membubarkan secara sepihak pemerintahan koalisi Hamas-Fatah.
"Kami perlu melakukan revisi secara menyeluruh semua langkah yang telah dilakukan Abbas, karena langkah itu ilegal dan tidak sah menurut hukum serta dipengaruhi oleh AS dan Israel, " tandas Marzouk yang mengecam penolakan Abbas untuk berdialog dengan Hamas (ln/Haaretz)