Hamas kemungkinan besar membatalkan rencana penandatangan rekonsiliasi dengan Fatah menyusul sikap Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang juga pimpinan Fatah terkait laporan tim investigasi PBB atas agresi Israel ke Jalur Gaza bulan Januari 2008.
Seperti diketahui, Abbas memberikan dukungan bagi penundaan pembahasan laporan tersebut di Dewan HAM PBB yang memicu kritik dan kecaman di Palestina. Abbas dianggap telah mengkhianati rakyat Palestina, karena penundaan tersebut sama artinya menyelamatkan para penjabat Israel yang terlibat dalam kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Jalur Gaza.
Bukan cuma kecaman dan kritikan tajam yang ditujukan ke Abbas, sejumlah elemen di Palestina dan di luar Palestina bahkan mendesak Abbas untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden Palestina atas sikapnya tersebut.
Sebuah sumber yang dekat dengan Hamas hari Rabu (7/10) seperti dilansir Press TV mengatakan bahwa Hamas sudah meminta Mesir yang berperan sebagai mediator, untuk menunda pembicaraan lanjutan penandatangan kesepakatan antaras Hamas dan Fatah, terkait sikap Abbas tersebut. Hamas menilai Abbas telah menjadi budak AS dan Israel dan telah mengkhianati para korban agresi brutal Israel di Gaza bulan Januari lalu.
Sebelumnya Hamas sudah menyatakan siap menandatangani kesepakatan rekonsiliasi dengan Fatah bulan Oktober ini. Tapi sikap Abbas yang mendukung penundaan pembahasaan laporan tim investigasi PBB soal Gaza, telah merusak sinyal positif yang diberikan Hamas.
Selanjutnya, jubir Hamas Fawzi Barhoum mengatakan bahwa Hamas dan faksi-faksi perjuangan di Palestina serta pejabat-pejabat Mesir yang bertindak sebagai mediator akan melanjutkan konsultasi tentang dukungan Abbas itu dan konsekuensinya bagi upaya rekonsiliasi Hamas-Fatah.
Sejumlah pejabat Hamas menyatakan, keputusan Abbas yang kontroversial membuktikan kecurigaan yang muncul selama ini bahwa pemerintahan otoritas Palestina yang didukung negara-negara Barat telah bersekutu dengan Israel dalam agresi brutal Israel ke Jalur Gaza yang menyebabkan 1.400 warga Gaza gugur syahid.
Mesir, sebagai mediator perdamaian Hamas-Fatah, lewat Menlunya Ahmed Abul Gheit ikut mengkritik sikap Abbas dan menilai Abbas tidak serius untuk menciptakan persatuan di Palestina, terutama di kalangan faksi-faksi pejuang di Palestina. (ln/prtv)