Tahun 1972, pertama kalinya terjadilah pertemanan Ehud Barak dan Benjamin Netanyahu dalam kesatuan tentara Israel. Mereka berdua adalah komandan di Sayeret Matkal, unit Keamanan Staf Jenderal yang elit.
Dalam aksi pertama mereka membebaskan orang Israel pada peristiwa Penerbangan Sabena 572, keduanya menuai sukses besar. Barak memimpin 16 regu komando, dan Netanyahu menjadi salah satunya di antara bawahannya itu. Tapi, sepanjang sejarah, keduanya tak pernah bertemu di ranah politik.
Hanya keduanya mempunyai nasib tidak sama. Baik Barak maupun Netanyahu kemudian menjadi Perdana Menteri Israel dan meninggalkan gedung PM itu lebih cepat daripada yang mereka kehendaki. Keduanya juga menempati daftar pilihan rakyat Israel tentang perdana menteri Israel paling buruk sepanjang sejarah. Setelah itu, keduanya sama-sama mengumpulkan uang yang banyak untuk kembali ke dunia politik yang mendepaknya, hanya sedikit bedanya, Netanyahu sedikit lebih berhasil dibandingkan Barak.
Sekarang, 37 tahun setelah Operasi Sabena, Netanyahu dan Barak mempunyai niat berkongsi kembali, kali ini, Netanyahu sebagai komandannya. Hanya butuh waktu 10 menit untuk merealisasikan hal itu. Selama satu setengah tahun belakangan, keduanya intens memperbaiki hubungan, walau Barak menjabat sebagai menteri pertahanan dan Netanyahu berada dalam garis oposisi pemerintah Israel.
Bahkan sebelum Tzipi Livni (Ketua Partai Likud) gagal membentuk pemerintahan Israel, keduanya telah sepakat untuk berkoalisi. Sejak awal, Netanyahu hanya berbasa-basi dengan Livni ketika menawarkannya bergabung dalam pemerintah dan Netanyahu sudah menetapkan akan menggaet Partai Buruh sebagai mitra sekutunya.
Selama tiga pekan belakangan ini, Netanyahu sudah bertemu dengan orang-orang penting di Israel sebagai persiapannya memasuki gedung Perdana Menteri. Kesimpulan Netanyahu, dia tidak akan bisa menyelesaikan semua permasalahan Israel tanpa bantuan Barak.
Tidak heran jika kemudian semua eskalasi politik ditutup. Barak tidak lagi berhubungan dengan Shas, walau dalam diri internal partainya sendiri, Barak mendapat penentangan akan rencananya berduet dengan Netanyahu.
Di sisi lain, inilah kesempatan terakhir yang dipunyai oleh Barak. Mantan serdadu Israel yang paling sukses membantai Palestina ini tentunya ingin sukses pula bidang politik. Jika ia gagal, maka semua karir politiknya dipastikan berakhir di sini.
Tapi jika kongsi ini berhasil, Netanyahu dan Barak jadi bergabung, mereka akan bekerja sama dengan satu agenda politik dan militer yang jelas: menghabisi Hamas dan mengambil Palestina sepenuhnya! (sa/jp)