Negara-negara Kwartet gamang soal pemutusan dana bantuan ke Palestina. Kegamangan ini dilaporkan The Guardian yang menguraikan informasi berbeda tentang sikap negara kwartet AS, Inggris, Rusia dan PBB prihal dukungan dana untuk pemerintahan Palestina di bawah pimpinan Hamas. Menurut The Guardian, harian terbitan Inggris, para diplomat Barat telah melakukan komunikasi dengan sejumlah kepala Negara Arab dan justru meminta agar mereka tetap menyalurkan dana bantuan untuk pemerintahan Palestina di bawah koordinasi Hamas.
Informasi ini berbeda dengan apa yang dipublikasikan pihak AS soal keinginan memutus bantuan dana dari pemerintah bentukan Hamas di Palestina. Selama Hamas tidak mau melucuti senjata dan tidak mau mengakui entitas Israel, AS tidak akan menyalurkan dana untuk Palestina. Menurut The Guardian, telah terjadi perubahan sikap AS terkait dana bantuan ke Palestina itu, dikarenakan AS sangat khawatir bila pemutusan penyaluran dana bantuan itu berdampak pada penyaluran dana yang dilakukan oleh Suria dan Iran. Lalu situasi itu akan semakin mempersulit dan memunculkan kerawanan di Timur Tengah, yang sangat terkait dengan kepentingan AS dan Israel.
Dalam kaitan ini, harian Times juga menyebutkan sikap Uni Eropa dan AS berbeda dengan sikap sebelumnya. Barat mulai melunak dan cenderung tetap membuka kran bantuan dana untuk Palestina. Alasan yang dikemukakan juga sama, soal kekhawatiran jika Palestina justru mendapat bantuan dari Iran untuk mengatasi permasalahan keuangan pemerintah.
Perubahan seperti ini juga terkait dengan penolakan Hamas terhadap tuntutan Negara-negara kwartet kepada Hamas soal implementasi perundingan Peta Jalan. Pada pertemuan di London, negara kuartet yang menjadi penengah proses perdamaian Timur Tengah mengukuhkan bahwa bantuan kepada Palestina yang berjumlah lebih dari 1 milyar dolar AS akan dihentikan apabila Hamas menolak untuk berubah. Pada tahun 2005, Uni Eropa memberi bantuan dana 600 juta dolar AS, sementara Amerika Serikat menyerahkan 400 juta dolar AS.
Tapi menurut Hamas, hasil perundingan tersebut adalah bukti ketidakmengertian dunia terhadap permasalahan real di Palestina. Permintaan itupun ditolak mentah mentah oleh Hamas. Salah seorang pemimpin Hamas, Ismail Haniya, mengatakan "syarat yang tidak adil" akan mengancam kehidupan rakyat Palestina.Beberapa pemimpin Hamas mengecam ultimatum yang dijatuhkan negara-negara Barat dan PBB itu. "Hamas kebal dari penyuapan, intimidasi dan pemerasan," tegas Khaled Meshaal, salah seorang pemimpin Hamas seperti dikutip koran Inggris Guardian.
Di sisi lain, Barat juga menyadari ada efek rawan lain yang akan muncul bila dukungan dana itu diputus. Yakni, mengalirnya dana dari sejumlah Negara semisal Iran dan Suriah yang dalam waktu ini, menjadi sorotan mereka terkait independensinya soal nuklir. Nah, jika Hamas justru mendapat dana dari Iran dan Suriah, maka situasinya akan semakin runyam bagi kepentingan AS di Timur Tengah. (na-str/aljzr/bbc)