Gaung perayaan Natal di Palestina, diisi dengan pernyataan keras untuk meruntuhkan tembok pemisah. Meshaal Shabah, pendeta Kristiani di Bethlehem menyerukan peruntuhan tembok rasialis pemisah yang dibangun Zionis Israel di Tepi Barat. Seruan itu ia sampaikan kepada Paus Paulus di Vatikan secara khusus, demi perdamaian di Betlehem dan seluruh tanah suci di Palestina.
Ketika ia memasuki wilayah Betlehem menjelang perayaan hari Natal kemarin, ia mengatakan bahwa pembangunan tembok pemisah itu menjadikan Betlehem seperti hidup di sebuah penjara besar. “Misi natal tahun ini untuk Betlehem dan semua tanah suci di Palestina, karenanya tembok pemisah harus diruntuhkan dan jembatan perdamaian serta cinta lah yang akan menggantikannya,” ujar Shabah. Ia juga mengecam pembangunan tembok tersebut dengan mengatakan, “Bagaimana mungkin merayakan Natal tapi tembok ini memenjarakan kami?”
Dalam kesempatan ini, Presiden Palestina Mahmod Abbas turut hadir mendampingi kaum Kristiani yang merayakan Natal. Ia juga mengecam keberadaan tembok pemisah. Kedatangan Mahmod Abbas merupakan kedatangan pertama kali pemimpin Palestina ke Jerussalem, karena sebelumnya Israel menerapkan larangan kepada Yaser Arafat sejak tahun 2001, untuk turut dalam perayaan Natal di Bethlehem.
Menurut ribuan kaum Kristiani menempuh perjalanan dari Jerussalem ke Betlehem untuk turut merayakan Natal, telah terjadi banyak perubahan di kota Bethlehem Utamanya adalah terbangunnya tembok pemisah yang tingginya sekitar 8 meter yang membatasi Bethlehem dengan wilayah lainnya.
Israel sendiri membangun tembok itu, dengan dalih bahwa mereka harus menghalangi masuknya orang-orang Palestina para pejuang yang ingin menyusup ke Israel. Sementara menurut rakyat palestina dan Organisasi HAM Internasional, tembok tersebut sama saja dengan merampas tanah warga Palestina dan melarang mereka mendirikan sebuah negara sendiri. (na-str/iol)