Mursyid ‘Am al-Ikhwan al-Muslimun Mesir, Syaikh Muhammad Mahdi Akef menyerukan kepada semua pihak di Palestina untuk bersatu. Menurut Akef, kesatuan dan persatuan semua kelompok di Palestina adalah sesuatu yang penting dan mulia dibandingkan dengan persoalan lainnya. Untuk itu segala pendapat pendapat seharusnya diselesaikan dengan dialog yang tulus dan disertai transparansi serta keterus-terangan.
Mursyid Ikhwan dalam suratnya, Kamis (15/06) menegaskan bahwa persoalan Palestina adalah persoalan semua umat Islam dunia, bukan hanya milik bangsa Palestina semata, terlebih hanya milik satu kelompok dari kelompok-kelompok Palestina. Karenanya, tidak ada satu pihakpun yang berhak melakukan kompromi-kompromi atau keluar dari prinsip-prinsip perjuangan yang sudah digariskan bersama.
Akef tidak menyangkal bahwa embargo yang diterapkan oleh AS, Israel, Uni Eropa dan siapa saja yang mengikuti jejak langkah mereka yang bertujuan menekan rakyat Palestina agar mau berkompromi dan mengakui eksistensi penjajahan Zionis Israel di atas tanah mereka serta memaksa mereka untuk tidak membela diri atas semua kezaliman tadi, merupakan tindakan kejahatan moral dan kemanusiaan yang bertentangan dengan hukum internasional.
Embargo dan isolasi itu, menurut Akef, akan membuka kedok semua kemunafikan Barat, terutama AS, yang mengklaim sebagai pelopor dan pelindung demokrasi serta HAM. Jika hasil demokrasi itu sesuai dengan hawa nafsu dan keinginan mereka, maka demokrasi model itu benar adanya. Jika hasilnya bertolak belakang dengan keinginannya, mereka berusaha untuk menggagalkannya, walaupun itu harus dengan membunuh rakyat. Oleh karenanya, umat Islam dan Arab bersama semua pemerintahannya, wajib bersama-sama menghadang dan sekaligus mematahkan aksi embargo jahat tersebut. Serta membantu kehidupan rakyat dan bangsa Palestina dalam mengembalikan hak-hak mereka yang direbut oleh pihak Zionis Israel. Kewajiban ini adalah yang diperintahkan oleh agama dan rasa nasionalisme sesama manusia serta sesama bangsa.
Akef menilai, sikap pemerintah Arab dan Islam yang kurang simpatik dan tidak semestinya menunaikan kewajibannya pada persoalan ini, telah mendorongnya bermain mata dengan pihak musuh. Pihak-pihak yang seharusnya mengembargo Zionis, justru sebaliknya mengembargo bangsa Palestina yang dizalimi musuhnya.
Dalam pandangan ikhwan, menurut Akef, kekuasaan adalah amanah tanggungjawab dan bukan sebagai kesempatan mencari jabatan atau kedudukan. Karenanya pemerintah yang memimpin bangsa dalam situasi dan kondisi terjajah jelas lebih berat tanggungjawab dan pengorbanannya. Oleh karena itu tidak dibenarkan, bagi siapa saja yang tengah memperjuangkan problematika rakyat dan tanah airnya, saling bersitegang satu sama lainnya.
Untuk itulah Akef menyerukan bahwa kesatuan dan persatuan semua kelompok di Palestina adalah sesuatu yang penting dan mulia dibandingkan dengan persoalan lainnya. Kepentingan negara harus dikedepankan atas kepentingan kelompok atau individu. Persoalan mengembalikan hak dan membebaskan tanah air dari penjajah lebih diutamakan daripada perebutan kekuasaan atau jabatan. Oleh karena itu, aksi menggagalkan seagala rencana musuh adalah menjadi tujuan semua kelompok, dan bukan hanya dibebankan atas pemerintahan yang terpilih secara demokratis.
Mursyid Ikhwan menegaskan, segala perbedaan pendapat seharusnya diselesaikan dengan dialog yang tulus dan dilakukan secara transparan serta tidak ditutup-tutupi. Pembagian kewenangan dilakukan secara adil di antara lembaga kepresidenan dan pemerintahan untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. “Tanpa mengurangi rasa hormat kami atas isi piagam tahanan, namun perlu diingatkan agar jangan sampai piagam itu sendiri bisa menggerogoti prinsip-prinsip perjuangan rakyat Palestina,” tegas Akef. Karena pihak yang sangat diuntungkan dalam hal ini adalah musuh yang tak henti-hentinya merampas hak rakyat Palestina dan tidak mau mengembalikan hak tersebut kepada pemiliknya yang sah.
Menurut Akef, ancaman pelaksanaan referendum dalam situasi bangsa yang diembargo, diisolasi dan mengalami pembantaian terus menerus serta kondisi keamanan yang tidak kondusif, justru akan memperkeruh suasana dan menambah perselisihan di antara kelompok Palestina yang tidak tahu kapan akan berakhir, selain Allah Ta’ala. Oleh karena itu Akef menyerukan semua faksi Palestina untuk menggunakan akal sehatnya, tidak gegabah dan terus melanjutkan dialog tanpa memaksakan pendapat.
Akef menegaskan, darah Palestina adalah darah yang terhormat dan terjaga. Tidak boleh setetes pun tumpah oleh tangan seorang Palestina lainnya, apatah lagi sampai sebuah nyawa harus melayang. Akef menyerukan kepada semua pihak di Palestina bahwa cita-cita mereka amat mulia. Allah memilih mereka sebagai pembela tempat-tempat suci-Nya. Untuk itu Akef mengajak semua bangsa Palestina untuk bangkit meninggalkan perbedaan, merapatkan barisan, membersihkan niat, dan hanya menembakkan senjata Palestina kepada mereka yang telah merampas hak-haknya, bukan kepada sesama anak bangsa Palestina. (was/pic)