Mogok Massal di Palestina, Sekolah Tanpa Guru dan Murid

Mogok massal mau tidak mau akhirnya melanda Palestina. Memasuki tahun ajaran baru, Persatuan Guru Palestina dan Pegawai Pemerintah melaksanakan mogok massal secara serentak sejak hari Sabtu (2/9) di Jalur Ghaza dan Tepi Barat. Mereka protes karena tidak menerima honor selama beberapa bulan.

Akibat mogok massal pintu sekolah-sekolah di Tepi Barat tetap terkunci. Sejak Sabtu lalu, para guru kebanyakan sepakat melakukan pemogokan masal. Bukan hanya sekolah, tapi kantor-kantor pemerintahan yang ikut menggelar aksi mogok juga kosong dari pegawai. Kurang lebih 165 ribu pegawai pemerintah memenuhi seruan mogok massal ini, meski sebenarnya tidak sesuai dengan arahan PM Palestina Ismail Haniyah.

Bassam Zakarana, kepala organisasi perlindungan pekerja di institusi pemerintah yang mengorganisir mogok massal di Tepi Barat, menyampaikan kepada pers, bahwa mogok massal sukses 95%. Sementara, di Jalur Ghaza, menurut Zakarana yang merupakan anggota Fatah mengatakan, 70% sekolah tutup. Ia menduga, aksi mogok massal ini akan bertambah luas pada hari-hari mendatang. Namun begitu, menurut Fadhil Qandil, jubir perlindungan pekerja, “Mogok yang dilakukan bukan diarahkan untuk melawan pemerintah, melainkan untuk menekan pemerintah agar mereka menyadari harus segera bertindak dan menuntaskan krisis honor.”

Ribuan murid urung berangkat ke sekolah di Ghaza, karena mereka nyaris yakin tidak ada guru yang mereka temui di sejumlah besar sekolah. Pintu sekolah pun sebagian besar tidak dibuka di Tepi Barat. Sementara para pendukung Hamas berupaya untuk membuka sebagian pintu sekolah tersebut di berbagai tempat. Maklum, PM Palestina Ismail Haniyah sebelumnya telah menyerukan agar rakyat Palestina membatalkan rencana mogok massal tersebut. Ia mengatakan, “Bangsa Palestina harus tetap berada dalam satu barisan dan mengarahkan kemarahannya kepada Israel. Mogok massal hanya menguntungkan Israel.”

Satu hari sebelum mogok massal terjadi, ribuan pendukung Hamas juga sudah turun ke jalan-jalan guna menyerukan pembatalan mogok massal. Menurut para demonstran Hamas, seruan mogok massal itu memiliki tujuan politis dengan sasaran menggulingkan pemerintahan Palestina yang dipimpin Hamas. (na-str/iol)