Kepala Biro Politik Hamas, Khalid Misyal membantah pemberitaan media massa Arab yang melaporkan bahwa Hamas sudah hampir dekat pada kesepakatan untuk membebaskan prajurit Israel Gilad Shalit yang ditawan Hamas sejak tahun 2006.
Dalam wawancara dengan surat kabar Qatar Al-Watan yang akan dimuat secara penuh pada hari Minggu lusa, Misyal mengatakan negosiasi lewat mediasi untuk pembebasan Shalit masih berlangsung tapi belum ada kemajuan berarti. Menurutnya, negosiasi terhambat karena sikap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam menangani masalah ini.
"Netanyahu merasa yakin bahwa dia bisa memaksa Hamas untuk melunakkan tuntutannya terkait pembebasan tahanan Palestina sebagai kompensasi dari pembebasan Shalit," ujar Misyal.
Dalam laporan sejumlah media, terutama media Arab disebutkan bahwa Hamas dan Israel sudah menyepakati pertukaran tahanan sebagai kompensasi pembebasan Shalit. Sebuah koran terbitan Palestina bahkan menyebutkan bahwa kesepakatan itu akan ditandatangani bulan ini juga. Tapi belakangan diketahui, bahwa informasi itu tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tak satupun pihak yang memberikan konfirmasi atas kebenaran berita tersebut.
Surat kabar itu hanya mengutip sumber-sumber dari Arab dan Eropa yang mengatakan bahwa Mesir sudah mengirimkan delegasinya untuk memeriksa kondisi kesehatan Shalit sebelum dibawa ke Kairo. Disebutkan pula bahwa pejabat tinggi Hamas juga sudah tiba di Kairo untuk menandatangani kesepakatan.
Tapi kesimpangsiuran informasi soal kesepakatan Hamas-Israel tentang pembebasan Shalit terjawab sudah. Khalid Misyal menegaskan bahwa negosiasi dengan Israel untuk persoalan ini masih jauh dari kemajuan. Itu artinya, belum ada kepastian kapan Shalit akan dibebaskan. (ln/imemc)