Pemimpin senior Hamas – Khalid Mish’al menolak permintaan Israel pada Selasa kemarin untuk melepaskan tentara Israel Gilad Shalit sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.
“Israel bertanggung jawab karena menghalangi usaha Mesir untuk mengatur gencatan senjata dengan menambahkan kondisi baru pada menit terakhir,”kata Mish’al di Damaskus setelah pembicaraan dengan ketua Liga Arab Amr Mussa, menurut kantor berita AFP.
Sebelumnya Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengulangi permintaan supaya Shalit dimasukkan dalam agenda pembicaraan gencatan senjata di Mesir.
Israel telah dua kali melakukan negoisasi dengan Hamas, berkaitan dengan Shalit (tentara Israel yang di tahan Hamas), yang telah di lakukan di Gaza sejak 2006 lalu, dan satu lagi mengenai persoalan gencatan senjata. Mesir sebagai mediasi pada kedua masalah tersebut.
Sejak akhir agresi militer Israel di Gaza pada Januari lalu, Olmert sudah mendesak untuk menghubungkan antara kedua persoalan tersebut.
“Sebuah gencatan senjata dapat dilakukan hanya berkaitan dalam masalah blokade dan bukan membuka poin baru dalam perjanjian. Hal ini tidak dapat diterima untuk menggabungkan isu gencatan senjata dengan pertanyaan Israel soal tawanan Gilad Shalit," kata Mish’al.
Mesir juga sudah mengatakan bahwa kedua persoalan tersebut sebaiknya dilakukan terpisah.
"Mesir tidak akan mengubah posisinya atas persoalan gencatan senjata — soal tentara Israel – Gilad Shalit adalah persoalan yang terpisah sama sekali tidak dapat dihubungkan pada negoisasi gencatan senjata," harian Al-Ahram di Mesir mengutip pernyataan Presiden Husni Mubarak. (fq/mna)