Mesir Hancurkan Lorong Penyaluran Senjata Pejuang Palestina

Sejumlah sumber di perbatasan Mesir menyebutkan terjadinya sejumlah peledakan terowongan rahasia di perbatasan Mesir menuju Ghaza. Terowongan tersebut melintasi antara daerah Rafah Mesir dan Rafah Palestina yang di atasnya dibatasi dengan kawat berduri. Sumber yang menolak disebutkan namanya itu menyebutkan, “Terowongan berhasil ditemukan oleh pihak keamanan Mesir dekat penyeberangan Karm Salem di perbatasan yang menghubungi daerah persimpangan Mesir, Israel dan Ghaza.”

Sebelum ini, Mesir juga telah menghancurkan terowongan lainnya yang ditemukan di wilayah Daheina, Selatan Rafah. Diduga kuat, terowongan ini digunakan para pejuang untuk menyalurkan senjata dan logistik untuk mengusir penjajah israel. Terowongan yang ditemukan dan dihancurkan itu berada antara 12 meter hingga 17 meter di bawah permukaan tanah, dan panjangnya sekitar 250 meter.

Israel telah menyebar 750 orang tentara di perbatasan Mesir dan Ghaza untuk memutus penyelundupan senjata kepada pejuang Palestina. Kepala intelejen Israel Shin bet, Yoval Deskin telah melontarkan kritik keras kepada pemerintah Mesir yang masih dianggap tidak mampu menghalangi pemasokan senjata untuk pejuang Palestina, yang menggunakan wilayah Mesir. Shin Bet menjelaskan pula, sedikitnya ada sekitar 20 ton amunisi serta berbagai jenis senjata, termasuk misil anti tank dan anti pesawat, yang telah berhasil diselundupkan oleh pejuang Palestina melalui lorong-lorong rahasia yang melewati perbatasan Mesir – Ghaza. Israel memaksa agar pemantauan perbatasan diserahkan sepenuhnya pada tentara Israel, namun Mesir masih menolaknya. “Kita harus memberi syarat kepada pihak Mesir yang menjaga perbatasan, agar lebih mengefektifkan penjagaan,” ujar Deskin.

Kasus ditemukannya sejumlah terowongan yang masih ada dan digunakan oleh para pejuang juga mendorong Israel untuk kembali menduduki Ghaza. Terlebih selama ini, pejuang Palestina berulang kali menembakkan rudal dan misilnya ke wilayah Israel. “Pemerintah harus merevisi kebijakan politiknya yang meninggalkan Ghaza, karena ternyata selama ini para pejuang lebih bebas melontarkan misil dari Ghaza,” tandasnya. (na-str/iol)