Ribuan pendukung Hamas turun ke jalan untuk memberikan penghormatan terhadap Mahmoud Al-Mabhouh, komandan senior Hamas yang dibunuh di sebuah hotel di Dubai bulan Januari kemarin. Dalam aksi massa yang berlangsung di Jalur Gaza itu, para pimpinan Hamas menyerukan pembalasan atas pembunuhan Al-Mabhouh.
Juru bicara Hamas di Gaza, Abu Obeida menyatakan bahwa Hamas memutuskan untuk membalas kematian Al-Mabhouh dengan balasan yang setimpal. Hamas meyakini bahwa Israel berada dibalik pembunuhan itu.
"Yang bisa kalian lakukan, wahai para pembunuh, adalah menunggu balasan dari kami," ancam Obeida.
"Kamilah yang akan memutuskan apa yang pantas kami lakukan untuk melaksanakan janji kami untuk melakukan pembalasan. Kami tidak akan mengatakan, bagaimana, kapan dan dimana kami akan membalas kalian, yang bisa kalian lakukan hanyalah bersiap-siap untuk menerima api dari kemarahan kami," tandas Obeida.
Pesan serupa disampaikan oleh Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Meshaal dalam pidatonya dari Damaskus, Suriah. Ia kembali menegaskan bahwa badan intelijen Israel, Mossad adalah pelaku pembunuhan Al-Mabhouh dan memastikan Hamas akan segera melakukan aksi balasan.
"Janji dan pembahasan untuk melakukan pembalasan sudah selesai. Sekarang waktunya kita bertindak," tukas Meshaal.
Kepolisian Dubai sudah merilisi 11 nama tersangka pelaku pembunuhan yang masuk ke Dubai dengan menggunakan paspor palsu. Enam orang diantaranya diketahui sebagai orang-orang Inggris yang menetap di Israel. Namun keenam orang Inggris yang sudah menjadi warga Israel itu mengaku bahwa identitas mereka telah dicuri dan foto di paspor tidak sama.
Paul John Kelly, warga Inggris-Israel yang identitasnya muncul sebagai salah seorang anggota tim pembunuh Al-Mabhouh mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah dan ada orang lain yang menggunakan identitasnya. "Hidup saya sekarang seperti dalam film-film spionase. Saya jadi tidak tenang," kata Kelly.
Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown meminta penyelidikan atas kasus ini, bagaimana paspor negaranya bisa digunakan dalam sebuah operasi pembunuhan. "Penyalahgunaan paspor adalah masalah yang serius. Pemerintah akan menindaklanjuti masalah ini untuk melindungi warga negaranya dari penyalahgunaan identitas," kata seorang juru bicara pemerintahan Brown.
Sementara itu, Otoritas Prancis menyatakan bahwa paspor yang digunakan oleh salah seorang tersangka, nomer paspornya sah tapi nama yang tercantum tidak sesuai dengan nama pemilik paspor yang sebenarnya.
Pembunuhan terhadap komandan senior Hamas jelas sebuah konspirasi yang sudah direncanakan sedemikian rupa dimana pelakunya berusaha menghapus jejak mereka. Namun kecurigaan Hamas bahwa Mossad adalah dalang pembunuhan ini cukup beralasan karena Israel beberapa kali menyatakan bahwa mereka menerapkan kebijakan membunuh para petinggi Hamas. (ln/aljz)