Menteri Israel: Fatah Deklarasikan Perang

Menteri Penerangan dan Diaspora Israel, Yuli Edelstein melontarkan pernyataan provokatif atas pelaksanaan kongres Fatah di Bethlehem. Ia mengecam Fatah yang menyatakan akan meneruskan perlawanan bersenjata dalam menghadapi rezim Zionis Israel.

Menurut Edelstein, Fatah sudah mendeklarasikan perang terhadap Israel. "Kita tidak boleh bersikap pura-pura tidak mendengar apa yang mereka (Fatah) katakan. Kita harus bangkit dari lingkaran ilusi bahwa ada orang-orang moderat yang menginginkan perdamaian. Mereka (Fatah) jelas-jelas mengatakan mendukung dilanjutkannya perlawanan bersenjata," tukas Edelstein.

Ia menambahkan, Israel tidak berminat mendengarkan suara-suara yang menyerukan perlawanan senjata, hak kembali para pengungsi (Palestina) dan dijadikannya Yerusalem sebagai ibukota negara Palestina kelak. " Dengan pemimpin-pemimpin seperti inikah (Fatah) yang diinginkan dunia pada kita untuk bernegosiasi?" kecam Edelstein.

Menteri dari Partai Likud ini menilai gerakan Fatah sudah meniru Hamas. Ia menyerukan pemerintahan di Israel untuk segera bertindak di level internasional. Edelstein menolak tudingan dunia internasioanal yang menyebutkan bahwa pembangunan pemukiman Yahudi di tanah Palestina oleh Israel membahayakan proses perdamaian. Ia malah menyebut negara Palestina-lah, yang sekarang dipegang oleh Fatah sebagai pihak yang paling ekstrim dan berbahaya.

Untuk itu Edelstein menyerukan pemerintah Israel untuk tetap melanjutkan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem dengan dalih bahwa otoritas Palestina di Nablus dan Jenin melawan Hamas hanya untuk kepentingan sendiri dan bukan untuk kepentingan "perdamaian" dengan Israel.

Sejak awal, sejumlah pejabat Israel mengecam rencana Fatah menggelar konferensinya di Bethlehem. Sejak konferensi di Tunisia tahun 1989, Fatah yang ketika itu masih dipimpin Yaser Arafat tidak lagi menggelar konferensi tahunan. Tekait konferensi Fatah, Kepala Shin Beth-badan intelejen dalam negeri Israel-Avi Dichter menyebut konferensi itu bisa memicu perlawanan intifada ketiga rakyat Palestina terhadap rejim Zionis Israel. (ln/mnr)