Eramuslim.com – Gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas, sebagai penguasa di Jalur Gaza, langsung mengomentari pengunduran diri Menteri Pertahanan Zionis-Israel Avigdor Lieberman.
Hamas menyebut pengunduran diri Lieberman sebagai “kemenangan politik bagi Gaza”.
Lieberman mengundurkan diri karena tak sepakat dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang memenuhi permintaan Hamas untuk gencatan senjata. Aksi saling serang pada Minggu dan Senin merupakan ekskalasi terparah sejak perang tahun 2014.
Sebanyak 11 warga Gaza tewas akibat puluhan serangan udara Zionis-Israel di Gaza selama dua hari. Sementara dari pihak Israel, dua orang tewas, termasuk satu tentara. Belum lagi yang berada di dalam bus yang meledak dan beberapa ledakan bom HAMAS lainnya.
Bahkan, serangan roket militan Gaza menjangkau kota di tepi Laut Merah, Ashkelon, berjarak hanya 50 kilometer dari Tel Aviv. Satu orang tewas di kota itu.
“Apa yang terjadi kemarin, kesepakatan gencatan senjata melalui proses dengan Hamas, menyerah pada teror. Itu tidak memiliki arti lain,” kata Lieberman, dikutip dari AFP.
“Apa yang dilakukan negara sekarang adalah membeli kesenyapan (gencatan senjata) jangka pendek dengan harga yang bisa merusak jangka panjang lebih parah terhadap keamanan nasional,” ujarnya lagi.
Lebih lanjut Lieberman menyerukan dipercepatnya pemilu. Di bawah Partai Yisrael Beitenu, Lieberman ingin maju dalam pemilu bersaing dengan Netanyahu. Normalnya, pemilu Israel akan digelar pada November 2019, tapi Lieberman mendesak dipercepat.
Dia juga memutuskan keluar dari kubu koalisi pendukung pemerintahan Netanyahu. Dengan keluarnya partai Lieberman, maka kubu pemerintah hanya unggul satu kursi saja dari oposisi. Partai sayap kanan itu memiliki lima dari total 120 kursi di parlemen Zionis, Knesset.[inews]